TOP

Hasil Belajar IPA

Pengalaman yang Nyata
25 Maret 2011, Wonosobo. Hasil belajar berkaitan dengan bagaimana siswa belajar. Belajar dapat diartikan sebagai suatu proses perubahan perilaku yang terjadi melalui pengalaman (Hernawan, 2007; 2.11). Segala perubahan perilaku baik pada aspek kognitif (pengetahuan), afektif (sikap), maupun psikomotor (keterampilan) yang terjadi karena proses pengalaman, dapat dikategotikan sebagai perilaku hasil belajar. Perubahan-perubahan perilaku yang terjadi secara insting atau terjadi karena kematangan atau perilaku yang terjadi secara kebetulan, tidak termasuk hasil belajar.
Teori belajar yang berkembang pada dasarnya ada tiga yaitu teori belajar disiplin mental atau teori daya (faculty theory), teori behafiorisme, dan teori organismik atau cognitive gestalt field. Namun yang banyak mempengaruhi praktik pelaksanaan belajar adalah teori organismik atau gestalt. Karena teori ini mengacu pada pengertian bahwa keseluruhan lebih bermakna daripada bagian-bagian, tetapi keseluruhan bukan kumpulan dari bagian-bagian. Manusia dianggap sebagai makhluk organisme yang melakukan hubungan timbal balik dengan lingkungan secara keseluruhan. Hubungan ini dijalin oleh stimulus dan respons. Menurut teori ini peran guru sebagai pembimbing bukan penyampai pengetahuan dan siswa sebagai pengolah bahan pelajaran. Belajar berlangsung berdasarkan pengalaman yaitu kegiatan interaksi antara individu dengan lingkungannya.belajar bukan menghafal tetapi memecahkan masalah dan metode yang dipakai adalah metode ilmiah dengan cara siswa dihadapkan pada permasalahan, merumuskan hipotesis, dan pada akhirnya siswa dibimbing untuk menarik kesimpulan.
Prinsip-prinsip teori organismik (gestalt) (Hernawan, 2007;2.13) adalah sebagai berikut:
a.    belajar berdasarkan keseluruhan,
b.    belajar adalah pembentukan kepribadian,
c.    belajar berkat pemahaman,
d.    belajar berdasarkan pengalaman,
e.    belajar adalah suatu proses perkembangan,
f.    belajar adalah proses berkesinambungan,
g.    belajar akan lebih berhasil jika dihubungkan dengan minat, perhatian dan kebutuhan siswa.
Hasil belajar mengacu pada segala sesuatu yang menjadi milik siswa sebagai akibat dari kegiatan pembelajaran yang dilakukan (Hernawan, 2007: 10.20). Jenis-jenis hasil belajar menurut Bloom (dalam Hernawan, 2007: 10.29) antara lain:
  1. kognitif, yaitu hasil belajar yang berkenaan dengan  pengembangan kemampuan otak dan penalaran siswa,
  2. afektif, yaitu hasil belajar mengacu pada sikap dan nilai yang diharapkan dikuasai siswa setelah mengikuti pembelajaran
  3. psikomotor, yaitu hasil belajar yang mengacu pada kemampuan bertindak.
Dalam kaitannya dengan ini hasil belajar yang diharapkan peneliti meliputi ketiganya. Kognitif siswa dalam IPA dapat meningkat dengan ditunjukkan pada nilai dalam evaluasi melebihi KKM IPA 65, afektif siswa ditunjukkan dengan sikap positif siswa terhadap IPA, timbul minatnya terhadap pelajaran IPA, serta menghilangkan anggapan bahwa IPA adalah pelajaran yang sulit. Sedangkan psikomotor siswa meningkat dengan terampil berhitung dan mengukur.
Hasil belajar dalam pendidikan yang ingin peneliti capai pada penelitian ini meliputi:
a.    hasil belajar kognitif, yang ditunjukkan siswa melalui nilai formatif dapat melebihi KKM IPA 60,
b.    hasil belajar afektif, yaitu tumbuhnya minat siswa dalam pembelajaran IPA,
c.    psikomotor, yaitu meningkatkan keterampilan berhitung dan mengukur siswa.

TOP

Hasil Belajar

Perahuku yang telah usang
28 Maret 2011, Wonosobo. Menurut Dimyati dan Mudjiono, hasil belajar merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan dari sisi guru. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat sebelum belajar. Tingkat perkembangan mental tersebut terwujud pada jenis-jenis ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Sedangkan dari sisi guru, hasil belajar merupakan saat terselesikannya bahan pelajaran.
Menurut Oemar Hamalik hasil belajar adalah bila seseorang telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti. Berdasarkan teori Taksonomi Bloom hasil belajar dalam rangka studi dicapai melalui tiga kategori ranah antara lain kognitif, afektif, psikomotor. Perinciannya adalah sebagai berikut:
a)     Ranah Kognitif
Berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari 6 aspek yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan penilaian.
b)     Ranah Afektif
Berkenaan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif meliputi lima jenjang kemampuan yaitu menerima, menjawab atau reaksi, menilai, organisasi dan karakterisasi dengan suatu nilai atau kompleks nilai.
c)     Ranah Psikomotor
Meliputi keterampilan motorik, manipulasi benda-benda, koordinasi neuromuscular (menghubungkan, mengamati).

Tipe hasil belajar kognitif lebih dominan daripada afektif dan psikomotor karena lebih menonjol, namun hasil belajar psikomotor dan afektif juga harus menjadi bagian dari hasil penilaian dalam proses pembelajaran di sekolah.
Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar digunakan oleh guru untuk dijadikan ukuran atau kriteria dalam mencapai suatu tujuan pendidikan. Hal ini dapat tercapai apabila siswa sudah memahami belajar dengan diiringi oleh perubahan tingkah laku yang lebih baik lagi. Howard Kingsley membagi 3 macam hasil belajar:
a. Keterampilan dan kebiasaan
b. Pengetahuan dan pengertian
c. Sikap dan cita-cita

Pendapat dari Horward Kingsley ini menunjukkan hasil perubahan dari semua proses belajar. Hasil belajar ini akan melekat terus pada diri siswa karena sudah menjadi bagian dalam kehidupan siswa tersebut.
Berdasarkan pengertian di atas maka dapat disintesiskan bahwa hasil belajar adalah suatu penilaian akhir dari proses dan pengenalan yang telah dilakukan berulang-ulang. Serta akan tersimpan dalam jangka waktu lama atau bahkan tidak akan hilang selama-lamanya karena hasil belajar turut serta dalam membentuk pribadi individu yang selalu ingin mencapai hasil yang lebih baik lagi sehingga akan merubah cara berpikir serta menghasilkan perilaku kerja yang lebih baik.
TOP

Hakikat Belajar Berdasarkan Hasil Belajar IPA

25 Maret 2011, Wonosobo. Berdasarkan karakteristiknya, IPA berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pemahaman tentang karakteristik IPA ini berdampak pada proses belajar IPA di sekolah.
Pengembangan dan Pembelajaran IPA SD Sesuai dengan karakteristik IPA, IPA di sekolah diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam  menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Berdasarkan karakteristik IPA pula, cakupan IPA yang dipelajari di sekolah tidak hanya berupa kumpulan fakta tetapi juga proses perolehan fakta yang didasarkan pada kemampuan menggunakan pengetahuan dasar IPA untuk memprediksi atau menjelaskan berbagai fenomena yang berbeda. Cakupan dan proses belajar IPA di sekolah memiliki karakteristik tersendiri.
Uraian karakteristik belajar IPA dapat diuraikan sebagi berikut.
  1. Proses belajar IPA melibatkan hampir semua alat indera, seluruh proses berpikir, dan berbagai macam gerakan otot. Contoh : untuk mempelajari pemuaian pada benda, kita perlu melakukan serangkaian kegiatan yang melibatkan indera penglihat untuk mengamati perubahan ukuran benda (panjang, luas, atau volume), melibatkan gerakan otot untuk melakukan pengukuran dengan menggunakan alat ukur yang sesuai dengan benda yang diukur dan cara pengukuran yang benar, agar diperoleh data pengukuran kuantitatif yang akurat.
  2. Belajar IPA dilakukan dengan menggunakan berbagai macam cara (teknik). Misalnya, observasi, eksplorasi, dan eksperimentasi. 
  3. Belajar IPA memerlukan berbagai macam alat, terutama untuk membantu pengamatan. Hal ini dilakukan karena kemampuan alat indera manusia itu sangat  terbatas. Selain itu, ada hal-hal tertentu bila data yang kita peroleh hanya berdasarkan pengamatan dengan indera, akan memberikan hasil yang kurang obyektif, sementara itu IPA mengutamakan obyektifitas. Contoh : pengamatan untuk mengukur suhu benda diperlukan alat bantu pengukur suhu yaitu termometer.
  4. Belajar IPA seringkali melibatkan kegiatan-kegiatan temu ilmiah (misal seminar, konferensi atau simposium), studi kepustakaan, mengunjungi suatu objek, penyusunan hipotesis, dan yang lainnya. Kegiatan tersebut kita lakukan semata-mata dalam rangka untuk memperoleh pengakuan kebenaran temuan yang benar-benar obyektif. Contoh : sebuah temuan ilmiah baru untuk memperoleh pengakuan kebenaran, maka temuan tersebut harus dibawa ke persidangan ilmiah lokal, regional, nasional, atau  bahkan sampai tingkat internasional untuk dikomunikasikan dan dipertahankan dengan menghadirkan ahlinya.
  5. Belajar IPA merupakan proses aktif. Belajar IPA merupakan sesuatu yang harus siswa lakukan, bukan sesuatu yang dilakukan untuk siswa. Dalam belajar IPA, siswa mengamati obyek dan peristiwa, mengajukan pertanyaan, memperoleh pengetahuan, menyusun penjelasan tentang gejala alam, menguji penjelasan tersebut dengan cara-cara yang berbeda, dan mengkomunikasikan gagasannya pada pihak lain. Keaktifan secara fisik saja tidak cukup untuk belajar IPA, siswa juga harus memperoleh pengalaman berpikir melalui kebiasaan berpikir dalam belajar IPA.
Para ahli  pendidikan dan pembelajaran IPA menyatakan bahwa pembelajaran IPA seyogianya melibatkan siswa dalam berbagai ranah, yaitu ranah kognitif, psikomotorik, dan  afektif. Keaktifan dalam belajar IPA terletak pada dua segi, yaitu aktif bertindak secara fisik  atau hands-on dan aktif berpikir atau mindson (NRC, 1996:20). Pengembangan dan Pembelajaran IPA SD
TOP

Hakikat IPA Berdasarkan Hasil Belajar

25 Maret 2011, Wonosobo. IPA disiplin ilmu memiliki ciri-ciri sebagaimana disiplin ilmu lainnya. Setiap disiplin ilmu selain mempunyai ciri umum, juga mempunyai ciri husus/karakteristik.
Adapun ciri umum dari suatu ilmu pengetahuan adalah merupakan himpunan fakta serta aturan yang yang menyatakan hubungan antara satu dengan lainnya. Fakta-fakta tersebut disusun secara sistematis serta dinyatakan dengan bahasa yang tepat dan pasti sehingga mudah dicari kembali dan dimengerti untuk komunikasi (Prawirohartono, 1989: 93).
Ciri-ciri khusus tersebut dipaparkan berikut ini.
  1. IPA mempunyai nilai ilmiah artinya kebenaran dalam IPA dapat dibuktikan lagi oleh semua orang dengan menggunakan metode ilmiah dan prosedur seperti yang dilakukan terdahulu oleh penemunya. Contoh : nilai ilmiah ”perubahan kimia” pada lilin yang dibakar. Artinya benda yang mengalami perubahan kimia, mengakibatkan benda hasil perubahan sudah tidak dapat dikembalikan ke sifat benda sebelum mengalami perubahan atau tidak dapat dikembalikan ke sifat semula. html Pengembangan dan Pembelajaran IPA SD 6
  2. IPA merupakan suatu kumpulan pengetahuan yang tersusun secara sistematis, dan dalam penggunaannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam.
  3. IPA merupakan pengetahuan teoritis. Teori IPA diperoleh atau disusun dengan cara yang khas atau khusus, yaitu dengan melakukan observasi, eksperimentasi,  penyimpulan, penyusunan teori, eksperimentasi, observasi dan demikian seterusnya kait mengkait antara cara yang satu dengan cara yang lain
  4. IPA merupakan suatu rangkaian konsep yang saling berkaitan. Dengan bagan-bagan konsep yang telah berkembang sebagai suatu hasil eksperimen dan observasi, yang bermanfaat untuk eksperimentasi dan observasi lebih lanjut (Depdiknas, 2006).
  5. IPA meliputi empat unsur, yaitu produk, proses, aplikasi dan sikap. Produk dapat berupa fakta, prinsip, teori, dan hukum. Proses merupakan prosedur pemecahan masalah melalui metode ilmiah; metode ilmiah meliputi pengamatan, penyusunan hipotesis, perancangan eksperimen, percobaan atau penyelidikan, pengujian hipotesis melalui eksperimentasi; evaluasi, pengukuran, dan penarikan kesimpulan.
Aplikasi merupakan penerapan metode atau kerja ilmiah dan konsep IPA dalam kehidupan sehari-hari. Sikap merupakan rasa ingin tahu tentang obyek, fenomena alam, makhluk hidup, serta hubungan sebab akibat yang menimbulkan masalah baru yang dapat dipecahkan melalui prosedur yang benar. Pengembangan dan Pembelajaran IPA
TOP

Kreatifitas Belajar IPA Model Pembelajaran Jigsaw

Belajar dan Bermain
25 Maret 2011, Wonosobo. Kreatiifitas belajar IPA pada proses belajar IPA. Penelitian tindakan kelas ini berawal dari pemikiran bahwa kreatifitas yang mempunyai fungsi penting dalam kehidupan manusia dan dalam pencapaian hasil belajar siswa di sekolah adalah dapat dikembangkan. Upaya pengembangan kreatifitas biasa dilakukan melalui pelatihan khusus, dan sebenarnya dapat dilakukan melalui pengajaran. Pengajaran yang dirancang untuk mengembangkan kreatifitas siswa adalah pengajaran kreatif, dan salah satu jenisnya adalah pengajaran dengan pendekatan model pembelajaran kooperatif Jigsaw.
Sementara pengajaran dengan pendekatan model pembelajaran Kooperatif Jigsaw dimaksudkan untuk mengembangkan kreatifitas siswa dan mempunyai efek pengiring dapat meningkatkan hasil belajar siswa (Joyce dan Well, 1980). Model pembelajaran Jigsaw, yaitu pengajaran yang menekankan keterlibatan intelektual dan emosi siswa dalam proses belajar-mengajar (Sudjana, 1989) dengan tujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa (Partika, 1987; Wijayanti, 1991), dan menurut Romlah (1988) dapat pula meningkatkan kreatifitas siswa, dalam arti bahwa situasi kelas memungkinkan berkembangnya kreatifitas siswa. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif dan sikap kreatif  serta minat dan hasil belajar siswa tentang energy dan penggunaanya dengan pendekatan model pembelajaran Kooperatif Jigsaw khususnya.
Melalui kajian teori tentang kreatifitas, khususnya kemampuan berpikir kreatif dan sikap kreatif serta minat dan hasil belajar dengan pendekatan model pembelajaran Kooperatif Jigsaw, maka dalam penelitian tindakan kelas pada "model pembelajaran kooperatif Jigsaw" ini diajukan dua buah hipotesis yang diterapkan pada saat pembelajaran IPA tentang energy dan penggunaannya dengan siswa kelas IV berjumlah 33 orang SD Ma’arif Tieng kec. Kejajar.
TOP

Hakikat Belajar IPA

25 Maret 2011, Wonosobo. Pada dasarnya manusia ingin tahu lebih banyak tentang IPA atau IPA, antara lain sifat IPA, model IPA, dan filsafat IPA. Pada saat setiap orang mengakui pentingnya IPA dipelajari dan dipahami, tidak semua masyarakat mendukung. Pada umumnya siswa merasa bahwa IPA sulit, dan untuk mempelajari IPA harus mempunyai kemampuan memadai seperti bila akan menjadi seorang ilmuan. Ada tiga alasan perlunya memahami IPA antara lain, pertama bahwa kita membutuhkan lebih banyak ilmuan yang baik, kedua untuk mendapatkan penghasilan, ketiga karena tiap kurikulum menuntut untuk mempelajari IPA. Mendefinisikan IPA secara sederhana, singkat dan yang dapat diterima secara universal sangat sulit dibandingkan dengan mendefinisikan ilmu-ilmu lain.
Beberapa ilmuwan memberikan definisi IPA sesuai dengan pengamatan dan pemahamannya. Carin (1993:3) mendefinisikan science sebagai The actiIVty of questioning and exploring the universe and finding and expressing it’s hidden order, yaitu “Suatu kegiatan berupa pertanyaan dan penyelidikan alam semesta dan penemuan dan pengungkapan serangkaian rahasia alam.” IPA mengandung makna pengajuan pertanyaan, pencarian jawaban, pemahaman jawaban, penyempurnaan jawaban baik tentang gejala maupun karakteristik alam sekitar melalui cara-cara sistematis (Depdiknas,2002a: 1).
Belajar IPA tidak sekedar belajar informasi IPA tentang fakta, konsep, prinsip, hukum dalam wujud ‘pengetahuan deklaratif’, akan tetapi belajar IPA juga belajar tentang cara memperoleh informasi IPA, cara IPA dan teknologi bekerja dalam bentuk pengetahuan prosedural, termasuk kebiasaan bekerja ilmiah dengan metode ilmiah dan sikap ilmiah.
Berdasar pada definisi yang telah dikemukakan sebelumnya maka dapat disimpulkan bahwa IPA selain sebagai produk juga sebagai proses tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Pernyataan di atas selaras dengan pendapat Carin yang menyatakan bahwa IPA sebagai produk atau isi mencakup fakta, konsep, prinsip, hukum-hukum dan teori IPA. Fakta merupakan kegiatan-kegiatan empiris di dalam IPA dan konsep, prinsip, hukum-hukum, teori merupakan kegiatan-kegiatan analisis di dalam IPA. Sebagai proses IPA dipandang sebagai kerja atau sesuatu yang harus dilakukan dan diteliti yang dikenal dengan proses ilmiah atau metode ilmiah, melalui keterampilan menemukan antara lain, mengamati, mengklasifikasi, mengukur, menggunakan keterampilan spesial, mengkomunikasikan, memprediksi, menduga, mendefinisikan secara operasional, merumuskan hipotesis, menginterprestasikan data, mengontrol variabel, melakukan eksperimen. Sebagai sikap IPA dipandang sebagai sikap ilmiah yang mencakup rasa ingin tahu, berusaha untuk membuktikan menjadi skeptis, menerima perbedaan, bersikap kooperatif, menerima kegagalan sebagai suatu hal yang positif.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pada hakekatnya IPA terdiri atas tiga komponen, yaitu produk, proses, dan sikap ilmiah. Jadi tidak hanya terdiri atas kumpulan pengetahuan atau fakta yang dihafal, namun juga merupakan kegiatan atau proses aktif menggunakan pikiran dalam mempelajari rahasia gejala alam.
Mata pelajaran IPA adalah salah satu mata pelajaran IPA yang dapat mengembangkan kemampuan berpikir analitis deduktif dengan menggunakan berbagai peristiwa alam dan penyelesaian masalah baik secara kualitatif maupun secara kuantitatif dengan menggunakan IPA serta dapat mengembangkan pengetahuan, keterampilan dan sikap percaya diri.
Melalui pelajaran IPA diharapkan para siswa memperoleh pengalaman dalam membentuk kemampuan untuk bernalar deduktif kuantitatif matematis berdasar pada analisis kualitatif dengan menggunakan berbagai konsep dan prinsip IPA (Depdiknas, 2002a: 6).
Dari uraian di atas dapat disimpulkan dalam pembelajaran IPA untuk meneliti masalah-masalah harus melalui kerja ilmiah, yang disebut metode ilmiah yaitu: merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, merancang dan melaksanakan ekperimen, menganalisis data pengamatan, serta menarik simpulan.
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan hasil kegiatan manusia berupa pengetahuan, gagasan, dan konsep yang terorganisir, tentang alam sekitar yang diperoleh dari pengalaman melalui serangkaian proses ilmiah. Hal ini berarti bahwa IPA harus diajarkan pada siswa secara utuh baik sikap ilmiah, proses ilmiah, maupun produk ilmiah, sehingga siswa dapat belajar mandiri untuk mencapai hasil yang optimal. Kemampuan siswa dalam menggunakan metode ilmiah perlu dikembangkan untuk memecahkan masalah-masalah dalam kehidupan nyata.
TOP

Hakikat IPA

 25 Maret 2011, Wonosobo. Untuk memahami IPA bisa kita tinjau dari istilah dan dari sisi dimensi IPA. Dari istilah, IPA adalah suatu ilmu yang mempelajari tentang alam sekitas beserta isinya. Hal ini berarti IPA mempelajari semua benda yang ada di alam, peristiwa, dan gejala-gejala yang muncul di alam. Ilmu dapat diartikan sebagai suatu pengetahuan yang bersifat objektif. Jadi dari sisi istilah IPA adalah suatu pengetahuan yang bersifat objektif tentang alam sekitar beserta isinya.
Hakekat IPA ada tiga yaitu IPA sebagai proses, produk, dan pengembangan sikap. Proses IPA adalah langkah yang dilakukan untuk memperoleh produk IPA. Proses IPA ada dua macam yaitu proses empirik dan proses analitik. Proses empirik suatu proses IPA yang melibatkan panca indera. Yang termasuk proses empirik adalah observasi, pengukuran, dan klasifikasi.

TOP

Mengapa Harus 20%

15/03/2011, REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA-–Ketua Persatuan Guru Republik Indonesia, Sulistio menyatakan ada kegelisahan mendalam diantara para guru honorer saat ini. Pasalnya Pemerintah mematok dana kegiatan untuk guru dan administrasi maksimal 20 persen.

’’Ada ketentuan BOS yang menyatakan dana kegiatan guru dan tenaga administrasi maksimal 20 persen, tapi saat ini banyak sekolah yang masih menggunakan guru-guru honorer,’’ paparnya ketika dihubungi Republika, Senin (31/1).

Menurut anggota Dewan Perwakilan Daerah dapil Jawa Tengah ini, dampak yang bisa terjadi atas keputusan ini, sekolah khususnya swastajadi berpikir untuk mengurangi jumlah guru honorer. Sehingga banyak guru honorer terancam menjadi pengangguran. ’’Banyak sekali guru honorer, jadi harusnya peraturan jangan sekaku itu,’’ paparnya.

Lagipula, menurutnya, banyak sekolah yang masih membutuhkan guru honorer. Guru-guru honorer inipun sebenarnya bekerja hampir sama beratnya dengan guru negeri (PNS). ’’ banya Perlindungan profesi salah satunya upah yang wajar terutama guru honor dan swasta kerja penuh tapi ga serius diatur,’’ ucapnya.

Ditempat lain, Wakil Menteri Pendidikan Fasli Jalal menyatakan, memang ada pembatasan maksimal 20 persen untuk kegiatan guru dan tenaga admnistrasi. Pembatasan ini dilakukan agar penggunaan dana BOS tidak terkendala berbagai hal, contohnya kekurangan dana. ’’Jadi sebenarnya begini untuk kegiatan operasional sekolah ada anggaran untuk gaji dan non gaji, yang disebut BOS itu ialah non-gaji,’’ paparnya.

Ia mengakui kenyataan di lapangan, kadang dana BOS itu digunakan untuk membiayai guru honorer, begitu juga disekolah swasta. Akan tetapi kadang hal itu malah kebablasan. ’’Kalau sekolah swasta memang tidak ada pembatasan karena biasanya dana BOS dipakai untuk gaji guru,’’ urainya.

Ia pun menilai, guru-guru honorer tak perlu khawatir, karena saat ini aturan untuk pegawai non PNS yang dibayar honorarium masih terus dibicarakan. ’’Jadi ada cara untuk membayar gaji guru honorer tanpoa menggunakan dana BOS,’’ ucapnya.

Sebagai informasi pengaturan ini ada di petunjuk teknis penggunaan dana BOS tahun 2011. Pada halaman 19 berbunyi, maksimum penggunaan dana untuk belanja pegawai bagi sekolah negeri sebesar 20 persen. Penggunaan dana untuk honorarium guru honorer di sekola agar mempertimbamngkan rasio jumlah siswa dan guru sesuai dengan ketentuan pemerintah yang ada dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional no.15 tahun 2010 tentang SPM Pendidikan Dasar di kabupaten/kota.
TOP

Mengapa Dipersulit Jika Bisa Dipermudah ?

07/03/11, Seminar PTK FKKG kemarin berlangsung di rumah makan Wonoboga, Wonosobo, pada hari senin, 07 Maret 2011 dari pukul 08.00 sampai pukul 15.00 WIB. Dihadiri oleh bapak H. Mustangin, SPd (Kepala Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olah Raga Kab. Wonosobo). Peserta berjumlah kurang lebih 60 peserta. Terdiri dari empat kecamatan yaitu Kec. Mojotengah, Kec. Watumalang, Kec. Garung, dan Kec. Kejajar. Dalam kesempatan tersebut sambutan dari Bapak Mustangin menyangkut masalah guru yang jarang sakali menulis sebuah artikel. Mayoritas Guru kesulitan dalam menlis sebuah artikel dalam PTK. Maka dari itu untuk mengatasi hal tersebut harus dilakukan upaya dari guru itu sendiri untuk belajar menulis sebuah karya atau artikel. Salah satunya melalui PTK (Penelitian Tindakan Kelas). Bapak Mustangin mengajak guru untuk rajin menulis dan membaca dengan menceritakan sebuah kisah ketika beliau di UNSIQ (universitas Sains Al Qur'an) bersama mbah Muntaha (almarhum) ditanya dari orang Singapura mengapa mbah Muntaha sampai umur 100 tahun masih sehat beliau menjawab karena saya gemar membaca. Nah salah satu dari keuntungan dari membaca salah satunya kita akan sehat.

Acara seminar tersebut diisi dengan acara presentasi PTK dari para peserta FKKG I. Dalam acara tersebut peserta menampilkan power poin untuk menyajikan PTK yang mereka buat. PTK yang bermanfaat untuk kenaikan pangkat bagi guru khususnya. Sekarang menjadi perhatian semua guru. Dimana guru bukan hanya dituntut dalam kinerjanya tetapi juga harus dapat membuat laporan PTK.

Dengan berbagai alasan banyak guru yang pangkatnya mentok hanya sampai golongan IV A. Alasan mereka tidak ke golongan IV B adalah kesulitan dalam menulis PTK disamping itu pengurusan ke Golongan IV B masih melalui birokrasi yang berbelit-belit kilahnya. Sehingga tidak sebanding dengan biaya yang dikeluarkan dengan hasil yang akan didapat setelah kenaikan pangkat tersebut. Hal ini menjadikan kenaikan pangkat maksimal guru seolah hanya IV A. Diharapkan nantinya guru dapat memiliki golongan yang lebih. Jangan sampai diatas adanya samboyan kenapa dipermudah jika dapat dipersulit.
TOP

LAPORAN KAJIAN KRITIS 2

WASPADAI GEJALA KANKER MULUT
Karya PROF. DR. Dr. MELANIE S. DJAMIL, M. BIOMED.
Oleh  Yayah F.R


PENDAHULUAN
    08/03/11, Tulisan ini menyajikan sebuah kajian  tentang kesehatan, secara khusus yakni kesehatan mulut. Dijelaskan secara terperinci tentang penyakit kanker mulut dengan ciri- ciri dan penyebabnya.
    Tulisan oleh Prof. Dr. Drg. Melanie S. Djamil, M. Biomed dari Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Trisakti Jakarta yang dimuat di harian Joglosemar,terbit hari Jumat ,12 Nopember 2010 dipilih karena topik yang dimuat sederhana, namun sangat bermanfaat.
    Beberapa manfaat yang dapat kita peroleh dari tulisan ini adalah : kita menjadi tahu tentang penyakit kanker  mulut, mengetahui gejala- gejalanya, sehingga bisa  mewaspadai hal- hal yang dapat menyebabkan gejala kanker mulut.

RANGKUMAN
    Gejala- gejala penyakit kanker mulut : Adanya benjolan di rongga mulut disertai bercak putih, rasa sakit serta luka atau sariawan yang tidak sembuh- sembuh, kesulitan menelan hingga sakit pada rongga mulut, jika memakai gigi tiruan menjadi tidak fit lagi, terjadi perubahan suara, kesulitan menggerakkan rahang, mengunyah dan menelan, kebas atau baal pada lidah atau bagian rongga mulut, pendarahan, dan penurunan berat badan.
    Penyebab penyakit ini adalah jamur yang tumbuh karena  beberapa hal diantaranya:  gaya hidup yang buruk misalnya merokok, konsumsi alkohol, terlalu banyak mengkonsumsi makanan siap saji, pemakaian obat- obatan tertentu dalam waktu lama.Pencegahannya bisa dilakukan dengan cara menggosok gigi secara teratur utama sebelum tidur dan pola hidup sehat.

KRITIK
    Artikel ini sangat bagus dan sangat bermanfaat untuk menambah wawasan kesehatan. Sedikit kelemahan dari artikel ini adalah tidak menjelaskan pengobatan atau tindakan kuratifnya.

SIMPULAN
    Dengan membaca dan mengkaji tulisan ini  kita menjadi tahu dan jelas tentang penyakit kanker mulut sehingga kita bisa melakukan tindakan preventif sekaligus kuratifnya, karena dengan begitu dapat menambah harapan hidup lebih panjang.

REFERENSI
    Artikel Tips Sehat “ Mencegah Kanker Mulut “ harian Joglosemar terbit hari Jumat 12 Nopember 2010 halaman 16.