Jujur jika diartikan secara baku adalah mengakui, berkata atau memberikan suatu informasi yang sesuai kenyataan dan kebenaran.Indonesia adalah salah satu termasuk negara korupsi terbesar didunia walaupun usaha pemerintah untuk memberantas korupsi sudah mulai tampak namun tetap saja korupsi tidak bisa diberantas secara tuntas.
Dari jalur tidak disangkakan, kepolisian, kejaksaan dan lain-lain sampai dunia pendidikan, sungguh miris nasib bangsa ini.Dapat kita bayangkan bagaimana nasib bangsa ini beberapa tahun kedepan jika kita masih menyandang sebagai negara termasuk korupsinya yang terbesar. Pemerintah selalu menyibukkan diri dengan pelaku korupsi mulai dari menciupi, menyelidiki, menetapkan dan memenjarakan pelaku korupsi, apakah dengan memenjarakan pelaku korupsi membuat jera dan korupsi dapat diberantas nyatanya selalu muncul koruptor – koruptor baru .
Ada apa dengan bangsa ini ? Kenapa untuk mengecilkan grafik korupsi terasa sulit bagi pemerintah. Yang menjadi pertanyaan bagaimana pelaku koruptor ini bermuara, memang korupsi merupakan benang kusut yang sulit diurai tetapi kita dapat mengambil contoh dalam ilmu bertani ”kalau menginginkan hasil atau buah yang baik tentu saja bibitnya harus bibit yang unggul disiram, dipupuk dan dirawat”, memperkecil angka korupsi dapat dimulai sejak dini yaitu ditanamkannya nilai – nilai kejujuran dan rasa malu sedini mungkin.
Salah kaprahnya masyarakat kita tentang nilai kejujuran dan tanpa disadari oknum korupsi sudah terdidik sejak dini. Sebagai orang tua , instansi pemerintah, swasta ( pendidik ) dan masyarakat, kita akan lebih berbangga ketika mendapati anak memperoleh nilai tinggi dan mengabaikan bagaimana cara memperolehnya kita lupa memperioritaskan kebanggaan terhadap kejujuran diatas nilai yang tinggi, kita lupa mengajarkan kepada anak bagaimana mana cara mendapatkannya dengan jujur.
Memang sulit bagi kita menerima anak dengan nilai yang rendah tetapi dengan kejujuran yang tinggi sehingga nilai tinggi menjadi perioritas utama bukan kejujuran dan ketika anak dihadapkan pada persaingan global akan tampaklah ketidak mampuan bersaing. Dengan kejujuran walaupun terasa pahit tetapi kita bisa memperbaiki dimana kekurangannya sehingga kita akan memperoleh nilai tinggi dengan kejujuran yang tinggi dan mampu bersaing dalam dunia global.
Korupsi adalah permasalahan kita semua. Kegiatan kriminal yang merugikan keuangan negara sehingga pasti merugikan masyarakat itu terjadi di seluruh dunia. Di Indonesia, korupsi sudah terjadi hanya beberapa tahun sejak Indonesia merdeka. Dimedia elektronik, cetak maupun internet ditayangkan wajah koruptor. Akan tetapi, ternyata korupsi tidak berhenti.
Apakah kita sebagai warga negara dapat berperan dalam upaya pemberantasan korupsi ? Tentu saja bisa. Kita dapat berperan dalam setiap tahap pemberantasan korupsi mulai dari pencegahan, pengawasan dan penindakan. Setelah itu, tumbuhkan sikap antikorupsi kepada keluarga kita. Lalu, kembangkan ke tingkat yang lebih luas yaitu lingkungan dan tanggung jawab kepada dirinya sendiri. Orang tua harus menjadi teladan bagi anak-anaknya sekitar kita.
Sikap antikorupsi harus dikembangkan sejak dini. Anak-anak kita sejak kecil harus kita didik untuk jujur dan bertanggungjawab. Sebagai orang tua kita dalam mencapai tujuan tidak boleh memberikan imbalan dalam arti negatif (menyogok) kepada seseorang. Kita yakin bahwa tidak sedikit orang tua yang melakukan hal itu, memberikan imbalan (menyogok) kepada seseorang agar jalannya lancar dan tujuan tercapai. Tindakan seperti itu memberikan contoh kepada anak bahwa uang dapat menyelesaikan segalanya. Sebuah tindakan yang sangat tidak terpuji
yang dilakukan oleh orang tua dan langsung diserap ilmunya oleh anak-anak. Sangat disayangkan karena ilmu yang diserap itu adalah ilmu sogok-menyogok, ilmu korupsi.
Kita yakin bahwa korupsi sudah menjadi budaya kita. Di dalam diri kita ini telah melembaga budaya korupsi. Di dalam darah kita mengalir kebiasaan korupsi. Kita harus menghapus budaya itu. Kita harus mengganti darah kita dengan darah baru yang antikorupsi. Marilah secara aktif menumbuhkan sikap antikorupsi sejak dini kepada anak-anak kita. Insya’ Allah, dengan mendidik anak-anak kita untuk antikorupsi, kita pun akan tergerak memberi contoh nyata
perbuatan yang antikorupsi.
Memberantas Korupsi bisa dilakukan sejak dini dalam diri sendiri, keluarga sendiri, lingkungan kita sendiri. Pentingnya seorang bapak mencari nafkah dengan cara yang halal pentingnya seorang ibu menanamkan kesederhanaan, memiliki rasa malu, kejujuran dan agama sebagai landasan atau pondasi yang kuat dalam menjalani kehidupan sehari-hari.
Dari jalur tidak disangkakan, kepolisian, kejaksaan dan lain-lain sampai dunia pendidikan, sungguh miris nasib bangsa ini.Dapat kita bayangkan bagaimana nasib bangsa ini beberapa tahun kedepan jika kita masih menyandang sebagai negara termasuk korupsinya yang terbesar. Pemerintah selalu menyibukkan diri dengan pelaku korupsi mulai dari menciupi, menyelidiki, menetapkan dan memenjarakan pelaku korupsi, apakah dengan memenjarakan pelaku korupsi membuat jera dan korupsi dapat diberantas nyatanya selalu muncul koruptor – koruptor baru .
Ada apa dengan bangsa ini ? Kenapa untuk mengecilkan grafik korupsi terasa sulit bagi pemerintah. Yang menjadi pertanyaan bagaimana pelaku koruptor ini bermuara, memang korupsi merupakan benang kusut yang sulit diurai tetapi kita dapat mengambil contoh dalam ilmu bertani ”kalau menginginkan hasil atau buah yang baik tentu saja bibitnya harus bibit yang unggul disiram, dipupuk dan dirawat”, memperkecil angka korupsi dapat dimulai sejak dini yaitu ditanamkannya nilai – nilai kejujuran dan rasa malu sedini mungkin.
Salah kaprahnya masyarakat kita tentang nilai kejujuran dan tanpa disadari oknum korupsi sudah terdidik sejak dini. Sebagai orang tua , instansi pemerintah, swasta ( pendidik ) dan masyarakat, kita akan lebih berbangga ketika mendapati anak memperoleh nilai tinggi dan mengabaikan bagaimana cara memperolehnya kita lupa memperioritaskan kebanggaan terhadap kejujuran diatas nilai yang tinggi, kita lupa mengajarkan kepada anak bagaimana mana cara mendapatkannya dengan jujur.
Memang sulit bagi kita menerima anak dengan nilai yang rendah tetapi dengan kejujuran yang tinggi sehingga nilai tinggi menjadi perioritas utama bukan kejujuran dan ketika anak dihadapkan pada persaingan global akan tampaklah ketidak mampuan bersaing. Dengan kejujuran walaupun terasa pahit tetapi kita bisa memperbaiki dimana kekurangannya sehingga kita akan memperoleh nilai tinggi dengan kejujuran yang tinggi dan mampu bersaing dalam dunia global.
Korupsi adalah permasalahan kita semua. Kegiatan kriminal yang merugikan keuangan negara sehingga pasti merugikan masyarakat itu terjadi di seluruh dunia. Di Indonesia, korupsi sudah terjadi hanya beberapa tahun sejak Indonesia merdeka. Dimedia elektronik, cetak maupun internet ditayangkan wajah koruptor. Akan tetapi, ternyata korupsi tidak berhenti.
Apakah kita sebagai warga negara dapat berperan dalam upaya pemberantasan korupsi ? Tentu saja bisa. Kita dapat berperan dalam setiap tahap pemberantasan korupsi mulai dari pencegahan, pengawasan dan penindakan. Setelah itu, tumbuhkan sikap antikorupsi kepada keluarga kita. Lalu, kembangkan ke tingkat yang lebih luas yaitu lingkungan dan tanggung jawab kepada dirinya sendiri. Orang tua harus menjadi teladan bagi anak-anaknya sekitar kita.
Sikap antikorupsi harus dikembangkan sejak dini. Anak-anak kita sejak kecil harus kita didik untuk jujur dan bertanggungjawab. Sebagai orang tua kita dalam mencapai tujuan tidak boleh memberikan imbalan dalam arti negatif (menyogok) kepada seseorang. Kita yakin bahwa tidak sedikit orang tua yang melakukan hal itu, memberikan imbalan (menyogok) kepada seseorang agar jalannya lancar dan tujuan tercapai. Tindakan seperti itu memberikan contoh kepada anak bahwa uang dapat menyelesaikan segalanya. Sebuah tindakan yang sangat tidak terpuji
yang dilakukan oleh orang tua dan langsung diserap ilmunya oleh anak-anak. Sangat disayangkan karena ilmu yang diserap itu adalah ilmu sogok-menyogok, ilmu korupsi.
Kita yakin bahwa korupsi sudah menjadi budaya kita. Di dalam diri kita ini telah melembaga budaya korupsi. Di dalam darah kita mengalir kebiasaan korupsi. Kita harus menghapus budaya itu. Kita harus mengganti darah kita dengan darah baru yang antikorupsi. Marilah secara aktif menumbuhkan sikap antikorupsi sejak dini kepada anak-anak kita. Insya’ Allah, dengan mendidik anak-anak kita untuk antikorupsi, kita pun akan tergerak memberi contoh nyata
perbuatan yang antikorupsi.
Memberantas Korupsi bisa dilakukan sejak dini dalam diri sendiri, keluarga sendiri, lingkungan kita sendiri. Pentingnya seorang bapak mencari nafkah dengan cara yang halal pentingnya seorang ibu menanamkan kesederhanaan, memiliki rasa malu, kejujuran dan agama sebagai landasan atau pondasi yang kuat dalam menjalani kehidupan sehari-hari.
0 komentar:
Posting Komentar