TOP

Macam-Macam Cacat Mata

Alat peraga mata secara lebih jelas download di sini
Dalam perkembangannya, banyak manusia yang mengalami gangguan penglihatan.
Gangguan penglihatan itu sering disebut juga sebagai cacat mata. Beberapa macam contoh dari cacat mata adalah:

1. RABUN JAUH (MIOPI) 
yaitu mata tidak dapat melihat benda-benda jauh dengan jelas, disebut juga mata perpenglihatan dekat (terang dekat/mata dekat). Penyebab terbiasa melihat sangat dekat sehingga lensa mata terbiasa tebal. Miopi sering dialami oleh tukang arloji, penjahit, orang yang suka baca buku (kutu buku) dan lain-lain. Untuk mata normal (emetropi) melihat benda jauh dengan akomodasi yang sesuai, sehingga bayangan jatuh tepat pada retina. Mata miopi melihat benda jauh bayangan jatuh di depan retina, karena lensa mata terbiasa tebal. Mata miopi ditolong dengan kacamata berlensa cekung (negatif).
 Dalam perhitungan:
So = letak benda sebenarnya (~)
Si = - PR (batas maksimum jangkauan penglihatan) tanda (-) menggambarkan bayangan di depan lensa.
Dari persamaan :

 


diperoleh bahwa:f = - PR

Ukuran lensa yang digunakan adalah :

P = kekuatan lensa dalam satuan dioptri (D)
f = jarak fokus lensa kaca mata dalam satuan meter (m) 

2. RABUN DEKAT (HIPERMETROPI) 
tidak dapat melihat jelas benda dekat, disebut juga mata perpenglihatan jauh (terang jauh/mata jauh). Rabun dekat mempunyai titik dekat yang lebih jauh daripada jarak baca normal. Penyebab terbiasa melihat sangat jauh sehingga lensa mata terbiasa pipih. Rabun dekat sering dialami oleh penerbang (pilot), pelaut, sopir dan lain-lain. Rabun jauh ditolong dengan kacamata berlensa cembung (positif).

Dalam perhitungan:
So = Sn (jarak baca normal = 25 cm)
Si = - PP (titik dekat hipermetropi), tanda minus menunjukkan bahwa bayangan maya yang terletak di titik dekatnya

3. MATA TUA (PRESBIOPI) 
adalah keadaan dimana mata tidak dapat melihat dengan jelas benda-benda yang sangat jauh dan benda-benda pada jarak baca normal, disebabkan daya akomodasi telah berkurang akibat lanjut usia (tua). Pada mata tua titik dekat dan titik jauh keduanya telah bergeser. Mata tua diatasi atau ditolong dengan menggunakan kacamata berlensa rangkap (cembung dan cekung). Pada kacamata dengan lensa rangkap, lensa negatif bekerja seperti lensa pada kaca mata miopi, sedangkan lensa positif bekerja seperti halnya pada kacamata hipermetropi.


 4. ASTIGMATISME (MATA SILINDRIS) 
disebabkan karena kornea mata tidak berbentuk sferik (irisan bola), melainkan lebih melengkung pada satu bidang dari pada bidang lainnya. Akibatnya benda yang berupa titik difokuskan sebagai garis. Mata astigmatisma juga memfokuskan sinar-sinar pada bidang vertikal lebih pendek dari sinar-sinar pada bidang horisontal. Astigmatisma ditolong / dibantu dengan kacamata silindris.

TOP

Silabus SD/MI Kurikulum 2013

Jakarta (ANTARA News) - Wakil Presiden Boediono minta Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Mohammad Nuh untuk melanjutkan mempersiapkan Kurikulum 2013 dengan baik sehingga bisa dilaksanakan tepat waktu, pada tahun ajaran baru Juli tahun ini.

"Bapak Wapres memberi tanggapan positif atas persiapan kurikulum 2013 dan minta agar terus dipersiapkan secara optimal," kata Nuh kepada pers di Kantor Wapres Jakarta, Kamis.


Silabus SD atau MI kurikulum 2013 yang terbaru dapat di download di bawah ini.

Hal tersebut disampaikan Nuh yang bersama Wakil Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Musliar Kasim bertemu Wapres Boediono untuk melaporkan persiapan Kurikulum 2013.Dikatakan Nuh, Wapres berpesan agar pelaksanaan kurikulum 2013 bisa menjadi momentum bagi perbaikan dan kemajuan pendidikan nasional dan jangan sampai menghilangkan kepercayaan masyarakat terhadap kurikulum itu.

"Kurikulum tersebut harus bisa memunculkan kepercayaan bagi masyarakat, jangan sampai sebaliknya. Oleh sebab itu segala persiapan telah kita lakukan dengan baik," kata Nuh. Dalam pertemuan dengan Wapres, Nuh juga menyampaikan mengenai persiapan buku pelajaran yang nanti akan digunakan oleh siswa SD, SMP dan SMA sesuai dengan kurikulum 2013.

Materi buku pelajaran kurikulum 2013, kata Nuh, saat ini sudah siap dicetak dan diedarkan setelah melalui berbagai perbaikan."Buku pelajaran untuk kurikulum 2013 sudah kita siapkan dengan baik," kata Nuh.Terkait dengan adanya sejumlah pihak yang meragukan kesiapan pemerintah menjalankan kurikulum 2013, Nuh mengatakan bahwa pihaknya selalu siap menerima masukan dan perbaikan dari sejumlah pihak.

"Masih ada sekitar empat bulan lagi untuk diperbaiki jika memang ada kekurangan sebelum nanti dimulai kurikulum baru pada tahun ajaran bari 15 Juli 2013," kata Nuh.

(ANTARA)

Editor: Suryanto

COPYRIGHT © 2013

http://www.antaranews.com/berita/362107/wapres-minta-kurikulum-2013-diteruskan
TOP

Cara Bedah Kisi-kisi Ujian Nasional

Mau percaya diri terhadap Ujian Nasional untuk menyiapkan anak. salah satunya adalah sebagai berikut. Bagaimana cara kita membedah Kisi-kisi Ujian Nasional agar benar. ikutilah langkah-langkah sebagai berikut.

Apa saja yang Anda lakukan dalam melakukan bedah kisi-kisi ?
1. Mencermati Kompetensi yg diujikan
2.Mencermati Penyebaran Materi
3. Membuat Ikhtisar Materi
4.Mengidentifikasi KKO
5. Membandingkan KKO pada indikator kisi-kisi soal UN tahun lalu dg. sekarang
6.Mendeteksi tingkat kesulitan

Lebih jelasnya silahkan Download di sini.
TOP

Tata Cara Pembuatan Soal Agar Berkualitas

Bagaimanakah agar penulisan soal ujian berkualitas??
  1. Soal harus sesuai dengan indikator
  2. Pilihan jawaban harus homogen dan logis ditinjau dari segi materi
  3. Setiap soal harus mempunyai satu jawaban yang benar atau yang paling benar.
  4. Pokok soal harus dirumuskan secara jelas dan tegas.
  5. Rumusan pokok soal dan pilihan jawaban harus merupakan pernyataan yang diperlukan saja.
  6. Pokok soal jangan memberi petunjuk ke arah jawaban  benar
  7. Pokok soal jangan menggunakan pernyataan bersifat negatif ganda.
  8. Panjang rumusan pilihan jawaban harus relatif sama.
  9. Pilihan jawaban jangan mengandung pernyataan, "Semua pilihan jawaban di atas salah", atau "Semua pilihan jawaban di atas benar".
  10. Pilihan  jawaban  yang  berbentuk angka atau waktu harus disusun berdasarkan  urutan besar kecilnya nilai angka  tersebut, atau kronologis waktunya.
  11. Gambar, grafik, tabel, diagram, dan sejenisnya  yang terdapat pada soal harus jelas dan berfungsi.
  12. Butir soal jangan bergantung pada jawaban soal sebelumnya.
  13. Rumusan butir soal harus menggunakan bahasa yang sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia.
  14. Jangan menggunaan bahasa yang berlaku setempat, jika soal akan digunakan untuk daerah lain atau nasional.
  15. Pilihan jawaban jangan mengulang kata atau frase yang bukan merupakan satu kesatuan pengertian. Letakkan kata dan frase tersebut pada pokok soal.

Contoh pada suatu kasus soal. Contoh Soal yang lainnya dapat di Download di sini
1.    Soal harus sesuai dengan indikator

    Indikator :   Siswa dapat menjelaskan jenis perpindahan kalor yang terjadi pada suatu kegiatan / peristiwa.   


Perpindahan panas pada batang kembang api terjadi secara ....
a.    konveksi
b.    radiasi
c.    induksi
d.    konduksi

Penjelasan:

Dalam contoh di atas kemampuan yang ingin diukur dalam indikator adalah menjelaskan jenis perpindahan kalor yang terjadi pada suatu kegiatan / peristiwa, sedangkan soal menanyakan jenis perpindahan kalor tanpa ada penjelasan dan tidak melalui sebuah kegiatan / peristiwa.


Contoh soal yang diharapkan :

Seorang anak memegang ujung pegangan kembang api kemudian menyalakan bagian ujung yang lain dengan korek api. Setelah kembang api menyala beberapa saat kemudian anak tersebut merasakan panas pada bagian yang dipegang. Perpindahan panas yang demikian disebut ....

a.    konveksi karena terjadi perpindahan panas yang diikuti perpindahan zat penyusun benda
b.    radiasi karena terjadi perpindahan panas dengan diikuti bendanya
c.    konveksi karena terjadi perpindahan panas tidak diikuti perpindahan benda tersebut
d.    konduksi karena terjadi perpindahan panas dengan tidak disertai perpindahan zat penyusun benda



Indikator : Disajikan nama beberapa tumbuhan / hewan dalam satu kelompok, siswa dapat menentukan dasar pengelompokan dari tumbuhan / hewan tersebut.

Contoh soal yang salah  :
Kelinci, kambing, gajah adalah kelompok hewan yang berkembangbiak dengan cara ....
a.    beranak
b.    bertelur
c.    bertelur beranak
d.    membelah diri

Contoh soal yang diharapkan :
Perhatikan data berikut !
1.    kelinci                5. rusa   
2.    kambing            6. kera
3.    gajah                7. panda
4.    jerapah            8. kerbau

Pengelompokan hewan dapat didasarkan pada ciri – ciri khusus yang dimiliki hewan tertentu. Beberapa ciri yang dapat dijadikan dasar pengelompokan hewan pada data di atas adalah ....

a.  alat pernapasan, jumlah kaki, warna tubuh
b.  alat pernapasan, tempat tinggal, cara melindungi diri
c. bentuk kaki, tempat tinggal, cara memperoleh makanan
d. cara berkembangbiak, jenis makanan, tempat tinggal


Indikator :  Siswa dapat menentukan manfaat hewan / tumbuhan tertentu yang umum dikenal bagi manusia / lingkungan.

Contoh soal yang biasa :

Tanaman sirih bagian yang dimanfaat adalah ....
a.    akar
b.    batang
c.    bunga
d.    daun

 Contoh soal yang diharapkan :

Di tengah malam , tiba – tiba Dadang mengalami pendarahan dari dalam hidungnya. Di rumah tidak ada persediaan obat. Paman pergi ke kebun mengambil bagian dari tanaman sirih sebagai pertolongan pertama pada Dadang. Manfaat bagian tanaman yang diambil paman adalah ....

a.    bunga yang masih segar untuk menurunkan panas badan
b.    akar yang masih muda untuk mencegah terjadinya pendarahan
c.    daun yang masih segar untuk menghentikan pendarahan
d.    kulit yang sudah kering untuk untuk mencegah penyakit batuk


Indikator : Disajikan suatu kasus, siswa dapat menentukan cara melestarikan sumber daya alam tersebut.

Contoh soal yang biasa :

Untuk mencegah polusi udara diadakan ....
a.    pembangunan pabrik
b.    taman kota
c.    penghijauan
d.    reboisasi


Contoh soal yang diharapkan :

Di kota – kota besar hutan jarang ditemukan. Hal ini karena banyak lahan hutan yang sudah berubah fungsi menjadi bangunan – bangunan pabrik. Keadaan tersebut apabila dibiarkan dapat mengancam kehidupan manusia terutama kebutuhan akan udara bersih. Untuk mencegah hal tersebut dapat dilakukan dengan cara ....
a.    melakukan reboisasi
b.    membuat taman kota
c.    melakukan gerakan penghijauan
d.    melarang pembangunan pabrik

TOP

Prediksi Soal IPA SD UASBN 2013

Hasil kerja Pelatihan Peningkatan Kompetensi Pendidik SD Mapel IPA pada tanggal 18 s/d 21 Februari 2013 yang dilaksanakan di LPMP Jawa tengah, Jl. Kyai Mojo Srondol Semarang. Dengan diikuti oleh sejumlah 105 pendidik dari perwakilan setiap Kabupaten tiga orang Guru SD. Pada pelaksanaanya membuat bedah indikator mata pelajaran IPA ujian nasional SD tahun 2013 dengan dipandu oleh tim penulis UASBN yaitu Rohib Samsul Alam, S.Pd, Tego Prasetyo. M.Pd, Hasto Puji Raharjo, S.Pd, dan Sarjono, S.Pd. Menghasilkan prediksi soal IPA Ujian Nasional 2013 adalah sebagai berikut :
1. Paket A Soal IPA SD tahun 2013
2. Paket B Soal IPA SD tahun 2013
3. Paket C Soal IPA SD tahun 2013
TOP

Materi PTK

Wonosobo, 22/02/2013. Materi ini diperoleh dari Bapak Mulyadi Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dapat di download di bawah ini :
1. Aturan Bab I PTK
2. Aturan Bab II PTK
3. Aturan Bab III PTK
4. Aturan Bab IV PTK
5. Aturan Bab V PTK
6. Laporan Hasil PTK

TOP

Cupu Manik Astagina

Wonosobo, 21/02/2013. Dewi Indradi sedang asyik memainkan Cupu Manik Astagina di Pertapaan Grastina. Dengan Cupu Manik Astagina tersebut ia bisa menikmati keadaan alam. Namun, tiba-tiba puteri sulungnya yang bernama Dewi Anjani datang  yang memergokinya. Dewi Anjani memohon kepada ibunya untuk meminjam alat permainan itu. Dewi Indradi mau meminjamkannya namun dengan syarat jangan sampai adik-adiknya, yaitu Guwarsa dan Guwarsi tahu. Namun, Dewi Anjani justru memamerkan kepada kedua adiknya. Akibatnya Cupu Manik Astagina tersebut menjadi rebutan bagi ketiga anak Resi Gotama tersebut.

Resi Gotama yang sedang bersemedi terganggu oleh keributan ketiga anaknya tersebut. Begitu mengetahui bahwa sumber dari keributan adalah Cupu Manik Astagina, yang ia ketahui bahwa itu adalah milik Batara Surya. Resi Gotama kemudian bertanya kepada isterinya Dewi Indradi dari mana asal dari Cupu Manik Astagina. Karena ketakutan Dewi Indradi hanya diam saja tidak berani menjawab. Hal itu membuat Resi Gotama ama marah dan mengutuk Dewi Indradi menjadi tugu lalu membuangnya sejauh-jauhnya dan akhirnya jatuh di dekat perbatasan kerajaan Alengka.

Begitu juga dengan Cupu Manik Astagina, dibuangnya jauh-jauh oleh Resi Gotama benda itu. Namun walaupun ketiga anaknya sudah kehilangan ibu karena benda tersebut mereka tetap mengejar benda itu hingga sampai di sebuah telaga. Mereka diikuti oleh pamong mereka, Endang Suwareh, Jembawan dan Menda. Guwarsa dan Guwarsi tiba lebih cepat dibanding kakaknya, mereka langsung terjun ke telaga tersebut untuk mencari cupu tersebut. Begitu pula jembawan dan Menda, mereka mengikuti anak Begawan Gotama tersebut terjun ke telaga.

Dewi Anjani dan Endang Suwareh yang tiba kemudian, tidak ikut masuk ke dalam telaga, mereka hanya membasuh muka mereka untuk mengurangi rasa lelah. Namun begitu  terkejutnya mereka, Guwarsa, Guwarsi, Jembawan dan Menda wajah dan tubuhnya berubah seperti seekor kera, begitu juga dengan Dewi Anjani, wajah dan tangannya berubah menjadi wajah kera. Betapa sedih hati mereka ketika mengetahui bahwa ketampanan dan kecantikan mereka telah hilang dan kini berwujud kera.

Dengan penuh penyesalan, mereka kembali ke pertapaan ayahnya, mereka memohon kepada Resi Gotama agar wujud mereka dikembalikan seperti semula. Namun Resi Gotama mengatakan bahwa perubahan wujud mereka sudah menjadi kehendak dewata. Mereka kemudian diperintahkan bertapa untuk mensucikan diri.


http://www.hadisukirno.com/
TOP

Legenda Danau Toba

Wonosobo, 17/02/2013, Danau Toba dengan panjang 100 kilometer dan lebar 30 kilometer merupakan danau terbesar di Indonesia. Danau yang di tengahnya terdapat Pulau Samosir ini terletak di Provinsi Sumatra Utara. Menurut cerita, danau vulkanik ini dahulu merupakan sebuah aliran sungai. Namun karena terjadi sebuah peristiwa yang luar biasa, aliran sungai tersebut berubah menjadi danau. Peristiwa apakah yang terjadi sehingga aliran sungai itu berubah menjadi danau? Ikuti kisahnya dalam cerita Asal Mula Danau Toba berikut ini.

* * *

Alkisah, di daerah Sumatra Utara, Indonesia, hiduplah seorang pemuda pengembara. Ia mengembara ke berbagai negeri. Pada suatu hari, sampailah ia di sebuah tempat yang alamnya indah dan subur. Di sekitar tempat itu terdapat sebuah sungai yang jernih airnya. Pemuda itu tertarik untuk menetap di tempat itu. Akhirnya, ia pun membangun sebuah rumah sederhana tidak jauh dari sungai. Rumah itu terdiri dari sebuah kamar tidur dan sebuah ruang dapur untuk memasak.

Usai mendirikan rumah, pemuda itu segera mencari sebidang tanah yang subur untuk ia tanami berbagai jenis tanaman seperti umbi-umbian dan sayur-sayuran. Setelah menemukan tempat yang cocok, ia pun mulai membuka lahan dengan menebangi pohon-pohon besar dan membabat semak-semak belukar. Setiap kali pulang ke rumahnya, ia selalu membawa kayu bakar dan menyimpannya di kolong rumahnya untuk digunakan memasak sehari-hari. Selain berladang, pemuda itu pergi ke sungai untuk memancing ikan untuk dijadikan lauk.

Pada suatu hari, sepulang dari ladangnya, pemuda itu pergi ke sungai memancing ikan. Sesampainya di sungai, ia pun segera melemparkan pancing ke tengah sungai. Sudah cukup lama ia memancing, tapi tak seekor ikan pun yang menyentuh umpannya. Berkali-kali ia mengangkat dan melemparkan kembali pancing ke sungai, namun belum juga ada ikan yang memakan umpannya.

“Aneh! Kenapa tidak seekor ikan pun yang menyentuh umpanku? Padahal biasanya setiap aku melemparkan pancingku ke sungai langsung disambar ikan. Apakah ikan di sungai ini sudah habis?” pikirnya dalam hati.

Beberapa saat kemudian, pemuda itu mencoba sekali lagi menarik dan melemparkan kembali pancingnya agak ke tengah sungai. Tetapi, tetap saja belum membuahkan hasil. Akhirnya ia memutuskan untuk berhenti memancing. Namun, ketika hendak menarik pancingnya, tiba-tiba seekor ikan menyambarnya. Setelah beberapa saat membiarkan pancingnya ditarik ikan itu ke sana kemari, ia pun menariknya dengan pelan-pelan.

“Aduuuh, berat sekali! Ini pasti ikan besar yang menarik pancingku,” pikir pemuda itu.

Ternyata benar. Setelah dengan susah payah pemuda itu menarik pancingnya hingga ke tepi sungai, tampaklah seekor ikan besar tergantung dan mengelepar-gelepar di ujung tali pancingnya. Dengan cepat, ia mengangkat pancingnya agak jauh ke darat agar tidak terlepas ke sungai. Alangkah senang hati pemuda itu, karena baru kali ini ia mendapatkan ikan sebesar itu. Saat ia melepas mata pancingnya, ikan itu menatapnya dengan penuh arti. Ia merasa tatapan mata ikan itu bagai tatapan mata seorang gadis yang jatuh hati kepadanya. Namun, pemuda itu berpikir bahwa tidak mungkin seekor ikan bisa jatuh hati kepadanya. Dengan perasaan gembira, ia pun segera memasukkan ikan itu ke dalam keranjang ikan. Setelah itu, ia bergegas pulang ke rumahnya sambil tersenyum membayangkan betapa lezatnya daging ikan besar itu jika dipanggang.

Sesampainya di rumah, pemuda itu langsung membawa ikan itu ke dapur. Ketika hendak memanggang ikan itu, ternyata persediaan kayu bakar telah habis. Ia pun segera keluar mengambil kayu bakar di kolong rumahnya. Alangkah terkejutnya ia setelah kembali ke dapurnya. Ikan yang tersimpan di keranjangnya sudah tidak ada lagi.

“Di mana ikanku? Bukankah tadi dia masih di keranjang ini?” gumam pemuda itu dengan heran.

Ketika memeriksa wadahnya, pemuda itu melihat beberapa keping uang emas. Ia pun semakin heran dan bingung.

“Aneh! Kenapa ada kepingan uang emas di sini? Siapa yang menaruhnya?” gumamnya lagi.

Dengan perasaan bingung, pemuda itu mengambil kepingan uang emas itu dan hendak menyimpannya di kamar. Betapa terkejutnya ia saat membuka pintu kamarnya. Ia melihat seorang gadis sedang berdiri di depan cermin sambil menyisir rambutnya yang panjang terurai. Ketika gadis itu membalikkan badan dan memandangnya, darah pemuda itu langsung tersirap melihat kecantikannya. Selama bertahun-tahun mengembara ke berbagai negeri, baru kali ini ia melihat gadis secantik dia.

“Hai, siapa kamu? Kenapa bisa berada di dalam kamarku?” tanya pemuda itu heran.

Gadis itu bukannya menjawab pertanyaan si pemuda, tetapi ia malah mengajaknya agar menemaninya ke dapur. Tanpa berkata sedikitpun, pemuda itu menuruti pemintaan sang Gadis. Sesampainya di ruang dapur, gadis itu langsung mengambil beras untuk dimasak. Sambil menunggu nasi matang, gadis itu pun bercerita kepada si pemuda.

“Maaf Tuan, jika kehadiran hamba di sini telah mengusik ketenangan Tuan. Sebenarnya hamba adalah penjelmaan dari ikan yang Tuan bawa dari sungai tadi. Sedangkan kepingan uang emas yang ada di wadah itu adalah penjelmaan sisik hamba,” kata gadis itu.

Sang Pemuda seakan-akan tidak percaya dengan perkataan gadis itu. Tetapi apa yang dihadapinya itu adalah kenyataan, bukan hanya mimpi belaka. Belum sempat ia berkata apa-apa, si gadis kembali angkat bicara.

“Jika Tuan berkenan, bolehkah hamba tinggal bersama Tuan di sini?” pinta gadis itu.

“Dengan senang hati, Putri!” jawab pemuda itu.

Akhirnya, gadis itu pun tinggal di rumahnya. Setelah beberapa minggu hidup bersama, pemuda itu melamarnya untuk dijadikan istri.

“Baiklah, Tuan! Hamba menerima lamaran Tuan, tapi Tuan harus memenuhi satu permintaan hamba,” kata gadis itu.

“Apakah permintaanmu itu, Putri?” tanya pemuda itu.

“Tuan harus berjanji untuk tidak menceritakan asal usul hamba sebagai penjelmaan ikan kepada siapa pun,” pinta gadis itu.

“Baiklah, saya terima permintaanmu. Saya bersumpah tidak akan pernah mengungkit asul-usul, Putri,” kata pemuda itu.

Setelah pemuda itu mengucapkan sumpah, keduanya pun menikah. Setahun kemudian, mereka pun dikaruniai seorang anak laki-laki yang tampan. Mereka merawat dan membesarkan anak itu dengan perhatian dan kasih sayang. Namun karena kasih sayang yang berlebihan, anak itu menjadi anak yang manja dan pemalas.

Ketika anak itu beranjak remaja, ibunya sering menyuruhnya mengantarkan makanan dan minuman untuk ayahnya yang sedang bekerja di ladang. Namun anak itu selalu menolak perintah ibunya, sehingga terpaksalah ibunya yang harus mengantar makanan itu.

Pada suatu hari, sang Ibu sedang merasa tidak enak badan. Ia pun menyuruh anaknya agar mengantarkan bungkusan yang berisi nasi dan ikan panggang untuk ayahnya. Mulanya anak itu menolak, namun karena sang Ibu terus memaksanya, akhirnya dengan perasaan kesal anak itu mengantar makanan itu. Di tengah perjalanan, tiba-tiba anak itu merasa lapar. Ia pun berhenti dan membuka bungkusan itu. Dengan lahapnya, ia memakan sebagian nasi dan lauknya hingga yang tersisa hanya sedikit nasi dan daging ikan yang menempel di tulang. Setelah kenyang, ia pun membungkus kembali makanan itu dan melanjutkan perjalanan menuju ke ladang. Sesampainya di ladang, ia segera menyerahkan bungkusan itu kepada ayahnya.

“Wah, kamu memang anak yang rajin, Anakku!’ puji sang sambil tersenyum.

Sang Ayah yang sudah kelaparan segera membuka bungkusan itu. Alangkah terkejutnya ia saat melihat isi bungkusan itu yang hanya sisa-sisa. Hatinya yang semula senang dan gembira, tiba-tiba berubah menjadi kesal dan marah.

“Hai, kenapa isi bungkusan ini hanya sisa-sisa?” tanya sang Ayah dengan wajah memerah.

“Maaf, Ayah! Di perjalanan tadi saya sangat lapar, jadi saya makan sebagian isi bungkusan itu,” jawab sang Anak.

Mendengar jawaban itu, kemarahan sang Ayah pun semakin memuncak. Ia pun memukul anaknya sambil berkata, “Dasar anak tidak tahu diuntung! Kamu memang benar-benar anak keturuan ikan!”

Sambil menahan rasa sakit dipukuli, anak itu bertanya kepada ayahnya, “Apa maksud Ayah? Kenapa mengatakan aku anak keturunan ikan?”

“Asal kamu tahu saja, ibumu adalah penjelmaan seekor ikan,” jawab Ayahnya.

Mendengar jawaban ayahnya, anak itu segera berlari pulang ke rumahnya sambil menangis. Sesampainya di rumah, ia pun langsung mengadu kepada ibunya.

“Ibu..., Ibu...! Ayah memukulku dan mengatakan aku anak keturunan ikan,” kata anak itu.

Sang Ibu sangat sedih mendengar pengaduan anaknya itu, karena suaminya telah melanggar sumpahnya dengan kata-kata cercaan yang mengungkit asal asulnya. Seketika itu pula ia menyuruh anaknya agar naik ke puncak bukit.

“Anakku! Naiklah ke puncak bukit itu dan panjatlah pohon yang paling tinggi!” seru sang Ibu sambil meneteskan air mata.

Tanpa banyak tanya lagi, anak itu pun segera berlari ke atas bukit yang tidak jauh dari rumah mereka. Ketika anak itu sampai di lereng bukit, sang Ibu pun segera berlari menuju ke sungai. Saat ia berada di tepi sungai, cuaca yang semula cerah, tiba-tiba berubah menjadi gelap gulita. Langit bergemuruh disusul petir menyambar-nyambar yang disertai dengan hujan yang sangat deras. Pada saat itulah, sang Ibu segera melompat ke dalam sungai dan tiba-tiba berubah menjadi seekor ikan besar. Tak berapa lama kemudian, sungai itu banjir dan airnya meluap ke mana-mana, sehingga tergenanglah lembah tempat sungai itu mengalir. Lama kelamaan, genangan air itu semakin meluas dan akhirnya berubah menjadi sebuah danau yang sangat besar. Oleh masyarakat setempat, danau itu dinamakan Danau Toba.

* * *

Demikian cerita Asal Mula Danau Toba dari daerah Sumatra Utara, Indonesia. Cerita di atas termasuk kategori legenda yang mengandung nilai-nilai moral yang dapat dijadikan pedoman dalam kehidupan sehari-hari. Sedikitnya ada dua nilai moral yang dapat dipetik dari cerita di atas, yaitu akibat buruk sifat terlalu memanjakan anak dan sifat tidak pandai menjaga amanah.

Pertama, akibat buruk karena terlalu memanjakan anak, sebagaimana tampak pada sikap si Pengembara dan istrinya yang terlalu memanjakan anaknya dengan mencurahkan perhatian dan kasih sayang secara berlebihan. Akibatnya, anaknya pun menjadi pemalas.

Kedua, akibat buruk tidak pandai memelihara amanah Orang yang tidak pandai memelihara amanah adalah orang yang tidak dapat dipercaya. Hal inilah yang terjadi pada si Pengembara yang telah mengingkari janji dan sumpahnya dengan mengungkit-ungkit asal-usul istrinya di depan anak mereka. Akibatnya, istrinya pun pergi meninggalkannya dan kembali menjelma menjadi seekor ikan besar. Dikatakan dalam tunjuk ajar Melayu:

siapa melalaikan amanah,

hidup matinya takkan berkah



siapa menolak amanah,

balak menimpa hidupnya punah

(Samsuni/sas/120/01-09)

Sumber:

-       Isi cerita diadaptasi dari Z. Pangaduan Lubis. 2000. Cerita Rakyat dari Sumatra Utara 2. Jakarta: Grasindo.

-     Anonim. “Danau Toba,” (http://id.wikipedia.org/wiki/Danau_Toba, diakses tanggal 17 Januari 2009).

-      Tenas Effendy. 2006. Tunjuk Ajar Melayu. Yogyakarta: Balai Kajian dan Pengembangan Budaya Melayu bekerja sama dengan Penerbit AdiCita Karya Nusa.

TOP

Si Pitung Betawi

Wonosobo, 17/02/2013 Si Pitung adalah tokoh legendaris dan pahlawan dalam masyarakat Betawi di Jakarta. Ia dipercaya sebagai pesilat unggul yang saleh dan rendah hati. Dengan keahliannya itu, ia membela rakyat kecil di daerah Jakarta yang tertindas oleh penjajahan Belanda. Ia merampok orang-orang yang menjadi kaya karena menjadi kaki tangan Belanda, lalu membagi-bagikan hasil rampasannya kepada rakyat jelata. Sehingga, ia dikenal juga sebagai “Robin Hood dari Betawi”.

Hingga kini, orang Betawi percaya bahwa si Pitung memang pernah ada, berjuang, dan setelah gugur dimakamkan di Marunda, Jakarta Utara. Berikut ini kisah pesilat legendaris tersebut.

***

Pada suatu sore, Pak Piun duduk-duduk di depan rumahnya. Seharian ia bekerja di sawah, dan sore itu ia ingin melepas lelah bersama keluarganya. Bu Pinah, istrinya, duduk di balai-balai bambu sambil memegangi perutnya yang membuncit. Beberapa hari lagi Bu Pinah akan melahirkan. Pak Piun tersenyum bahagia, sembari menggumamkan doa, semoga anak yang lahir kelak akan menjadi anak yang berguna.

Tiba-tiba salah satu dari ketiga anaknya yang duduk di dekat Bu Pinah bertanya kepada Pak Piun.

“Pak, kenapa padi yang baru saja dipanen dirampas oleh centeng-centeng[1] Babah Liem?”

Pak Piun terdiam sejenak, lalu menjawab dengan pelan.

“Biarlah, Nak. Lagipula kita masih punya padi.”

Sebenarnya, hati Pak Piun sedih bukan kepalang. Ia pun risau karena padi yang baru saja dipanen tiba-tiba saja dirampas oleh centeng-centeng Babah. Namun, di daerah itu, rakyat jelata seperti dia tidak bisa melawan perampasan itu.

Kampung Rawabelong, kampungnya, adalah bagian dari partikelir[2] Kebayoran. Tuan Tanah yang berkuasa di sana adalah Liem Tjeng Soen. Tanah partikelir itu diperoleh dari pemerintahan Belanda melalui pembelian dokumen tanah, serta kesediaan untuk membayar pajak kepada Belanda.

Untuk menjaga tanah itu, Babah Liem mengangkat centeng-centeng dari kalangan pribumi. Mereka bertugas menagih pajak kepada penduduk. Para penduduk tidak berani melawan centeng-centeng yang pandai bersilat dan mahir memainkan senjata itu. Maka, mereka hanya terdiam ketika centeng-centeng mengambili ayam, kambing, padi, dan apa saja yang bisa dibawa.

Beberapa hari kemudian, Bu Pinah melahirkan. Pak Piun menamai anak yang baru lahir itu Pitung, dan memanggilnya dengan nama si Pitung. Sebagaimana anak-anak Betawi umumnya, Pitung dibesarkan dalam keluarganya sendiri. Ia diajari tata krama, belajar mengaji, membantu ayahnya menanam padi, memetik kelapa, dan mencari rumput untuk pakan kambing. Adakalanya Pitung membantu tetangga-tetangganya tanpa diminta.

Pitung pun rajin menunaikan perintah Allah, sholat dan puasa, serta selalu bertutur kata dengan santun dan patuh kepada kedua orangtuanya.

Pitung belajar pengetahuan agama dan silat serta ilmu bela diri lainnya dari Haji Naipin, seorang ulama yang dihormati di kampung Rawabelong. Karena Pitung patuh dan rajin berlatih, ia menjadi murid kesayangan Haji Naipin. Kepadanya seluruh ilmu Haji Naipin dicurahkan, dengan harapan kelak ia menjadi murid yang berguna bagi masyarakat. Haji Naipin bahkan memberikan ilmu Pancasona, sebuah ilmu kebal senjata, kepada Pitung. Kata Haji Naipin, “Ilmu ini buat membela yang lemah dari kezaliman, bukan untuk menzalimi orang.”

Meski menjadi murid kesayangan Haji Naipin, tetapi Pitung selalu rendah hati. Kepada orang lain ia selalu bersikap santun dan terpuji. Ia pun tak luput dari gejolak masa muda. Ia menjalin hubungan dengan Aisyah, dan berjanji akan menikah bila kelak usia mereka sudah pantas untuk menikah.

Pada suatu hari, Pitung menyaksikan sendiri kesewenang-wenangan centeng-centeng Babah Liem. Centeng-centeng itu mendatangi rumah tetangganya dan merampas ayam, kambing, kelapa, dan simpanan padi di lumbung. Sebagai pemuda, darahnya mendidih. Ia ingin menghajar mereka.

Namun, ibunya mencegah Pitung.

“Jangan, Tung. Mereka punya kuasa. Nanti juga mereka mendapatkan hukuman sendiri.”

Karena ingin mematuhi nasehat ibunya, Pitung mengurungkan niatnya untuk menghajar centeng-centeng itu. Namun, di hari lain, ketika ia sedang berkunjung di kampung tetangga, ia melihat lagi centeng-centeng itu bertindak sewenang-wenang.

Pitung tak dapat menahan diri lagi. Dihampirinya centeng-centeng yang sedang sibuk merampasi barang keluarga yang malang itu.

“Hei, para pengecut!” seru Pitung. “Kenapa kalian merampas harta orang lain? Pakai keroyokan lagi. Sendiri-sendiri kalau berani!”

Pemimpin centeng menoleh kepada Pitung dan tersenyum merendahkan.

“Hai, kamu tidak tahu siapa kami ini ya? Pantas saja kamu berani membentak-bentak seperti itu.”

“Cuih!” Pitung meludah dengan marah. “Kalian hanya berani mengeroyok orang yang lemah. Sini, kalau berani bertarung melawanku.”

Pemimpin centeng itu menjadi geram. Ia menyerang Pitung sekenanya saja, mengira bahwa Pitung akan mudah dirobohkan. Namun, di luar dugaannya, Pitung malah mencekal lengannya dan membantingnya ke tanah hingga pingsan. Centeng-centeng yang lain menghentikan kesibukan mereka dan mengepung Pitung. Dengan sigap Pitung menyerang lebih dulu. Ada lima centeng yang mengeroyoknya. Satu demi satu ia hajar pelipis atau tulang kering mereka hingga mereka mengaduh kesakitan. Lalu mereka menggotong pimpinan centeng yang masih pingsan dan melarikan diri.

Sebelum pergi, mereka mengancam: “Awas, nanti kami laporkan Demang.”

Beberapa hari setelah peristiwa itu, nama Pitung menjadi buah bibir di seluruh Kebayoran. Namun, Pitung tak mau congkak. Ia bahkan menghindar kalau ada orang yang bertanya kepadanya tentang kejadian itu.

Suatu hari, Pak Piun menyuruh Pitung menjual kambing ke Pasar Tanah Abang. Pak Piun sedang membutuhkan uang untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Pitung pun mengeluarkan dua ekor kambing dari kandang dan menuju ke Pasar Tanah Abang. Tanpa sepengetahuannya, ada seorang centeng yang membuntutinya. Centeng itu terus mengawasi Pitung ketika Pitung mengantongi uang hasil penjualan kambing. Bahkan ketika Pitung berjalan pulang dan singgah di sebuah mushola, orang itu tetap membuntutinya. Ketika Pitung melepas bajunya untuk mandi di sungai dan berwudhu, orang itu mencuri uang di saku baju Pitung.

Pitung sampai di rumah dan dimarahi ayahnya karena uang itu hilang. Dengan geram ia kembali ke Pasar Tanah Abang dan mencari orang yang telah mencuri uangnya. Setelah melakukan penyelidikan, ia menemukan orang itu. Orang itu sedang berkumpul dengan centeng-centeng lainnya di sebuah kedai kopi.

Pitung mendatanginya dan menghardik, “Kembalikan uangku!”

Para centeng itu tertawa.

Salah seorang berkata, “Kamu boleh ambil uang ini, tapi kamu harus menjadi anggota kami.”

“Cuh! Tak sudi aku jadi maling,” jawab Pitung dengan kasar.

Para centeng itu marah mendengar jawaban Pitung. Serentak mereka menyerbu Pitung. Namun, yang mereka hadapi adalah Si Pitung dari Kampung Rawabelong yang pernah menghajar enam orang centeng Babah Liem sendirian. Akibatnya, satu demi satu mereka kena tinju Si Pitung. Yang berani menggunakan senjata malah dimakan sendiri oleh senjata mereka.

Sejak hari itu, Si Pitung memutuskan untuk membela orang-orang yang lemah. Ia tak tahan lagi melihat penderitaan rakyat jelata, yang ditindas centeng-centeng tuan tanah dan dihisap oleh penjajah Belanda. Beberapa centeng yang pernah dihajarnya ada yang insyaf dan ia mengajak mereka untuk membentuk suatu kelompok. Bersama kelompoknya, ia merampoki rumah-rumah orang kaya dan membagi-bagikan harta rampasannya kepada orang-orang miskin dan lemah.

Nama Pitung menjadi harum di kalangan rakyat jelata. Namun, pada saat yang bersamaan, muncul juga kelompok-kelompok lain yang ikut-ikutan merampok atas nama Si Pitung. Para tuan tanah dan orang-orang yang mengambil keuntungan dengan cara memihak Belanda menjadi tidak tenteram. Mereka mengadukan persoalan itu kepada pemerintah Belanda.

Penguasa penjajah di Batavia pun memerintahkan aparat-aparatnya untuk menangkap Si Pitung. Schout Heyne, kontrolir[3] Kebayoran, memerintahkan mantri polisi dan bek untuk mencari tahu di mana Pitung berada. Schout Heyne menjanjikan uang banyak kepada siapa saja yang mau memberi tahu keberadaan si Pitung

Mengetahui dirinya menjadi buron, Pitung berpindah-pindah tempat, bahkan pernah sampai ke Marunda. Selama itu, ia tetap melaksanakan perampasan harta orang-orang kaya, para demang dan tuan tanah. Harta rampasan selalu ia berikan kepada rakyat yang lemah dan tertindas oleh penjajahan.

Namun, pada suatu hari, Pitung dan kelompoknya terjebak oleh siasat polisi. Waktu itu mereka akan merampok rumah seorang demang. Polisi sudah lebih dulu bersembunyi di sekitar rumah demang itu. Ketika kelompok Pitung tiba, polisi segera mengepung rumah itu. Pitung membiarkan dirinya tertangkap, sementara teman-temannya berhasil meloloskan diri. Ia dibawa ke penjara Grogol dan disekap di sana.

Namun, karena selalu memikirkan nasib rakyat, ia meloloskan diri lewat genteng pada suatu malam. Para penjaga menjadi panik karenanya.

“Wah, bagaimana ini? Ke mana si Pitung” tanya mereka kepada teman satu sel Pitung.

“Saya tak tahu. Pitung kan sakti. Dia bisa menghilang,” jawab teman satu sel Pitung.

Kabar bahwa Pitung lolos membuat kontrolir dan orang-orang kaya menjadi tidak tenteram lagi. Schout Heyne memerintahkan orang untuk menangkap Pak Piun dan Haji Naipin. Kedua orang itu disiksa agar memberitahukan di mana Si Pitung berada. Namun, keduanya bungkam. Akibatnya, mereka berdua pun dibui di Grogol.

Sementara itu, Pitung terus menjalankan kegiatannya. Namun, ia menjadi berpikir panjang ketika mendengar kabar bahwa ayah dan gurunya dibui polisi. Ia mengirim pesan bahwa ia bersedia menyerahkan diri bila kedua orang itu dibebaskan. Schout Heyne setuju.

Pada hari yang ditentukan, mereka membawa Haji Naipin ke tanah lapang. Pak Piun sudah lebih dulu dibebaskan. Di tanah lapang itu, sepasukan polisi menodongkan senjata kepada Haji Naipin. Pitung muncul sendirian. Schout Heyne menyuruh Pitung menyerah. Pitung meminta agar Haji Naipin dilepaskan dulu.

Setelah Haji Naipin dilepaskan, Pitung maju menghadapi Schout Heyne. Pasukan polisi kini membidikkan senjata mereka kepada Pitung.

“Huh, tertangkap juga kamu, Pitung!” dengus Schout Heyne dengan nada sombong.

“Iya, tapi nanti aku pasti akan lolos lagi. Dengan orang pengecut seperti kalian, yang beraninya hanya mengandalkan anak buah, aku tidak takut,” jawab Pitung.

Schout Heyne menjadi marah. Ia mundur beberapa langkah dan memberi aba-aba agar pasukannya bersiap menembak. Haji Naipin yang masih ada di situ memprotes tindakan yang pengecut itu. Namun, sudah terlanjur, perintah menembak sudah diberikan, dan Pitung pun roboh bersimbah darah.

Pitung dimakamkan beberapa hari kemudian. Banyak rakyat yang turut mengiringi pemakamannya dan mendoakannya. Mereka akan selalu mengingat jasa Si Pitung, pembela dan pelindung mereka.

Beberapa bulan kemudian Schout Heyne dipecat dari jabatannya karena ia telah menembak orang yang tidak melawan ketika ditangkap.

***

Walaupun pada akhirnya si Pitung gugur oleh peluru pasukan Belanda, tetapi ia gugur sebagai pahlawan dan selalu dikenang oleh generasi selanjutnya. Kisah ini mengajarkan bahwa orang yang berani menegakkan kebenaran dan keadilan akan selalu berguna bagi dirinya sendiri maupun bagi orang lain. Sedangkan orang pengecut seperti Scout Heyne, yang menggunakan akal licik untuk menghadapi lawan, pada akhirnya akan memperoleh balasan dari kelicikannya.

Kisah tentang si Pitung berkembang menjadi cerita rakyat (folklore) dengan berbagai versi. Kemudian, selain dikisahkan ulang secara tercetak melalui buku dan majalah, kisah si Pitung juga diproduksi menjadi film yang selalu laris, seperti Titisan Si Pitung (1989-sutradara Tommy Burnama) dan Pitung 3: Pembalasan Si Pitung Ji’ih (1977-sutradara Nawi Ismail).

Pada tahun 1982, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta membeli sebuah rumah di Teluk Jakarta, Marunda, yang dipercaya sebagai rumah si Pitung. Namun, menurut Jakarta Post (23/10/1999), rumah itu sebenarnya milik Syafiudin, yang merupakan salah satu korban Si Pitung. Walaupun demikian, hal ini tetap membuktikan bahwa Si Pitung telah dianggap sebagai tauladan yang penting bagi masyarakat.

(AI/sas/1/06-09)

Isi cerita diadaptasi dari:

    Rahmat Ali, 1993. Cerita Rakyat Betawi. Jakarta: Grasindo
    -------, “Legend surrounds Jonker, Si Pitung,” di http://www.thejakartapost.com/, diakses pada 16 Juni 2009
    -----, “Si Pitung”, di http://www.jagoan.or.id/, diakses pada 16 Juni 2009

Sumber: Buku 366 Cerita Rakyat Nusantara, Yogyakarta: Adicita Karya Nusa bekerja sama dengan Balai Kajian dan Pengembangan Budaya Melayu, 2008.

[1] Centeng: pendekar.

[2] Partikelir: perusahaan swasta.

[3] Kontrolir: pemimpin pemerintahan daerah pada masa penjajahan Belanda.
TOP

Roro Jonggrang

Wonosobo, 17/02/2013 Roro Jonggrang adalah putri dari Prabu Baka dari Kerajaan Prambanan, Daerah Istimewa Yogyakarta, Indonesia. Roro Jonggrang memiliki paras yang cantik jelita. Suatu ketika, ia dilamar oleh seorang kesatria yang bernama Bondowoso dari Kerajaan Pengging. Roro Jonggrang bersedia menerima lamaran itu, asalkan Bondowoso mampu membuatkan seribu candi dan dua buah sumur dalam waktu semalam. Mampukah Bondowoso memenuhi syarat yang diajukan oleh Roro Jonggrang tersebut? Ikuti kisahnya dalam cerita Roro Jonggrang berikut ini! 

* * *

Alkisah, pada zaman dahulu kala, ada seorang raja yang bernama Prabu Baka yang bertahta di Prambanan. Ia seorang raksasa yang menakutkan dan memiliki kesaktian yang tinggi. Wilayah kekuasaannya sangat luas. Kerajaan-kerajaan kecil di sekitar wilayahnya semua takluk di bawah kekuasaannya. Meskipun seorang raksasa, Prabu Baka mempunyai seorang putri cantik yang berwujud manusia bernama Roro Jonggrang. Prabu Baka sangat menyayangi putri tunggalnya itu. Sebagai wujud kasih sayangnya kepada putrinya, ia mewariskan seluruh kesaktian dan kepandaian yang dimilikinya. Maka jadilah Roro Jonggrang seorang putri yang cantik jelita dan sakti mandraguna.

Sementara itu di tempat lain, tersebutlah sebuah kerajaan yang tak kalah besarnya dengan Prambanan, yakni Kerajaan Pengging. Kerajaan itu memiliki seorang kesatria yang sakti bernama Bondowoso. Kesaktian Bondowoso terletak pada senjatanya yang bernama Bandung. Selain itu, Bondowoso juga mempunyai balatentara berupa makhluk-makhluk halus. Jika membutuhkan bantuan, Bondowoso mampu mendatangkan makhluk-makhluk halus tersebut dalam waktu sekejap.

Suatu ketika, Raja Pengging bermaksud memperluas wilayah kekuasaannya. Ia pun memerintahkan Bondowoso dan pasukannya untuk menyerang Prambanan.

“Hai, Bondowoso! Siapkan pasukanmu untuk pergi menyerang Prambanan!” perintah Raja Pengging.

“Baik, Gusti! Perintah segera hamba laksanakan!” jawab Bondowoso sambil memberi hormat.

Keesokan harinya, berangkatlah Bondowoso bersama pasukannya ke Prambanan. Setibanya di Prambanan, mereka langsung menyerbu masuk ke dalam istana. Prabu Baka pun tidak tinggal diam. Ia segera memerintahkan pasukannya untuk menahan serangan pasukan Bondowoso yang datang secara tiba-tiba. Pertempuran sengit pun tak terelakkan lagi. Namun karena pasukan Prabu Baka kurang persiapan dalam pertempuran itu, akhirnya pasukan Bondowoso berhasil menaklukkan mereka. Prabu Baka sendiri tewas terkena senjata sakti Bandowoso yang bernama Bandung. Sejak itu, Bondowoso pun dikenal dengan nama Bandung Bondowoso.

Setelah Bandung Bondowoso dan pasukannya memenangkan pertempuran itu, Raja Pengging pun mengamanatkan Bandung Bondowoso untuk menempati istana Prambanan.

“Wahai, Bandung Bondowoso! Sebagai ucapan terima kasihku atas keberhasilanmu mengalahkan Prabu Baka, aku memberimu amanat untuk mengurus Kerajaan Prambanan dan segala isinya, termasuk keluarga Prabu Baka,” kata Raja Pengging.

“Terima kasih, Gusti! Hamba berjanji untuk menjaga amanat Gusti,” jawab Bandung Bondowoso.

Setelah itu, Bandung Bondowoso pun segera menempati istana Prambanan. Pada saat hari pertama menempati istana Pramabanan, ia langsung terpesona melihat kecantikan Roro Jonggrang dan berniat untuk menjadikannya sebagai permaisuri.

Pada suatu hari, Bandung Bondowoso menyatakan maksud hatinya kepada Raja Jonggrang.

“Wahai, putri Roro Jonggrang! Bersediakah engkau menjadi permaisuriku?” tanya Bandung Bondowoso.

Roro Jonggrang tidak langsung menjawab pertanyaan itu. Ia hanya terdiam dan kebingungan. Sebenarnya, ia amat membenci Bandung Bondowoso karena telah membunuh ayahnya. Namun, ia takut menolak lamarannya karena bagaimana pun juga ia tidak akan sanggup mengalahkan kesaktian Bondowoso. Setelah berpikir sejenak, Roro Jonggrang pun menemukan satu cara untuk menolak lamaran itu dengan cara yang halus.

“Baiklah, Bandung Bondowoso! Aku bersedia menerima lamaranmu, tapi kamu harus memenuhi satu syaratku,” jawab Roro Jonggrang.

“Apakah syaratmu itu, Roro Jonggrang?” tanya Bandung Bondowoso.

“Buatkan aku seribu candi dan dua buah sumur dalam waktu semalam,” jawab Roro Jonggrang.

Tanpa berpikir panjang, Bandung Bondowoso pun menyanggupinya, karena ia yakin mampu memenuhi syarat itu dengan bantuan balantentaranya. Pada malam harinya, Bandung Bondowoso mengundang balatentaranya yang berupa makhluk halus tersebut. Dalam waktu sekejap, balatentaranya pun datang dan segera membangun candi dan sumur sebagaimana permintaan Roro Jonggrang. Mereka bekerja dengan sangat cepat. Pada dua pertiga malam, mereka hampir menyelesaikan seribu candi. Hanya tinggal tiga buah candi dan sebuah sumur yang belum mereka selesaikan.

Roro Jonggrang yang ikut menyaksikan pembuatan candi itu mulai khawatir. Ia pun segera memberitahukan hal itu kepada salah seorang dayang kepercayaannya.

“Dayang! Pembangunan seribu candi dan penggalian dua buah sumur tersebut hampir selesai. Apa yang harus kita lakukan?” tanya Roro Jonggrang kepada dayang itu.

“Tenanglah, Gusti! Pasti ada jalan keluarnya,” hibur dayang itu.

Roro Jonggrang kembali berpikir keras dan ia pun menemukan jalan keluarnya. Ia akan membuat suasana menjadi seperti pagi, sehingga para makhluk halus tersebut menghentikan pekerjaannya sebelum menyelesaikan seribu candi.

“Dayang! Segera bangunkan teman-temanmu! Suruh mereka membakar jerami dan menumbuk padi di lesung, serta menaburkan bunga-bunga yang harum baunya!” perintah Roro Jonggrang.

“Baik, Gusti!” jawab dayang itu seraya bergegas masuk ke dalam istana membangunkan dayang-dayang lainnya.

Dayang-dayang pun bangun dan segera melaksanakan perintah Roro Jonggrang. Tak berapa lama, tampaklah cahaya kemerah-merahan dari arah timur akibat dari pemakaran jeramih. Suara lesung pun terdengar bertalu-talu. Bau harum bunga-bungaan mulai tercium. Beberapa saat kemudian, suara ayam jantan berkokok mulai terdengar. Para balatentara Bandung Bondowoso pun segera menghentikan pekerjaannya, karena mengira hari sudah pagi. Mereka pergi meninggalkan tempat pembuatan candi tersebut, padahal kurang sebuah candi lagi yang belum mereka selesaikan. Batu-batu berukuran besar masih berserakan di tempat itu.

Melihat balatentaranya akan kembali ke alamnya, Bandung Bondowoso berteriak dengan suara keras.

“Teman-teman, kembalilah! Hari belum pagi. Genapkan seribu candi. Tinggal sebuah candi lagi!” teriak Bandung Bondowoso.

Para makhluk halus tersebut tidak menghiraukan teriakannya. Akhirnya, Bandung Bondowoso berniat meneruskan pembangunan candi itu untuk menggenapi seribu candi. Namun belum selesai candi itu ia buat, pagi sudah menjelang. Ia pun gagal memenuhi permintaan Roro Jonggrang. Mengetahui kegagalan Bondowoso tersebut, Roro Jonggrang segera menemuinya di tempat pembuatan candi itu.

“Bagaimana Bandung Bondowoso? Apakah candiku sudah selesai?” tanya Roro Jonggrang sambil tersenyum.

Betapa marahnya Bandung Bondowoso melihat sikap Roro Jonggrang itu. Apalagi setelah ia mengetahui bahwa Roro Jonggranglah yang telah menggagalkan usahanya. Ia pun melampiaskan kemarahannya dengan mengutuk Roro Jonggrang menjadi arca.

“Hai, Roro Jonggrang! Kamu telah menggagalkan usahaku untuk mewujudkan seribu candi yang kurang satu lagi. Jadilah kau arca dalam candi yang keseribu!” teriak Bandung Bondowoso.

Berkat kesaktian Bandung Bondowoso, seketika itu pula Roro Jonggrang berubah menjadi arca batu. Wujud arca itu sangat cantik, secantik Roro Jonggrang. Hingga kini, arca itu dapat disaksikan di dalam ruang candi besar yang bernama Candi Roro Jonggrang yang berada dalam kompleks Candi Prambanan. Sementara candi-candi yang ada di sekitarnya disebut dengan Candi Sewu. Sewu dalam bahasa Jawa berarti seribu.

* * *

Demikian cerita Roro Jonggrang dari Prambanan, Daerah Istimewa Yogyakarta. Cerita di atas termasuk kategori legenda yang mengandung pesan-pesan moral yang dapat dijadikan pedoman dalam kehidupan sehari-hari. Pesan moral yang dapat dipetik dari cerita atas adalah akibat yang ditimbulkan dari sifat curang dan licik. Sifat ini tampak pada kelicikan Roro Jonggrang dalam menggagalkan usaha Bandung Bondowoso membangun seribu candi agar tidak menikahinya. Akibatnya, ia pun dikutuk menjadi arca oleh Bandung Bondowoso. Dalam tunjuk ajar Melayu dikatakan:

apa tanda orang yang licik,

janji mungkir cakap berbalik



kalu suka bersifat curang,

alamat kepala dimakan parang

(Samsuni/sas/139/04-09)



Diceritakan kembali oleh Samsuni



Sumber:

-      Isi cerita diadaptasi dari Daryatun. 2008. 366 Cerita Rakyat Nusantara. Yogyakarta: Adicita bekerja sama dengan Balai Kajian dan Pengembangan Budaya Melayu (BKPBM).

-       Anonim. “Daerah Istimewa Yogyakarta,” http://id.wikipedia.org/wiki/Daerah_Istimewa_Yogyakarta, diaskes pada tanggal 27 April 2009.

-       Tenas Effendy, 1994/1995. “Ejekan” terhadap Orang Melayu Riau dan Pantangan Orang Melayu Riau. Pekanbaru: Bappeda Tingkat I Riau.