MAKALAH BENCANA ALAM
MERAPI, WASIOR DAN MENTAWAI
TAHUN 2009/ 2010
Untuk Memenuhi Tugas Mata Pelajaran Geografi
Disusun Oleh :
1. UMI HARYANI
2. ISTIFATUN HIKMAH
SEKOLAH MENENGAH ATAS NAHDLATUL ULAMA (SMANU)
JL RAYA DIENG KM 17 KEJAJAR, WONOSOBO
Tahun 2010/ 2011
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Maraknya pemberitaan tentang meletusnya Gunung Merapi dan juga berita tentang status gunung – gunung yang ada di Indonesia menjadi WASPADA. Akankah Gunung Semeru Meletus juga masih menjadi misteri. di susul berita Gunung Kelud, Gunung Bromo dan juga Gunung Ijen yang juga berstatus WASPADA. Tentu hal ini membuat kita juga harus mengetahui mengapa gunung – gunung berapi tersebut bisa meletus. Dilanjutkan dengan bencana alam banjir bandang Wasior.
Berita bencana banjir bandang Wasior sangat mengagetkan. Berita soal pembalakan liar sering menjadi tuduhan pertama terjadinya banjir bandang terutama di daerah yang banyak hutannya. Wasior yang berada di pinggir lebatnya hutan Papua pun mengalami banjir bandang. Bencana yang mengakibatkan kerusakan dan korban jiwa ini sengat mengerikan. Dengan kondisi lingkungan yang berupa pegunungan yang terjal mengakibatkan adanya kumpulan air yang mengakibatkan bencana tersebut
Bencana mentawai tak kalah menyedihkan yaitu gempa yang dirasakan tidak begitu besar namun menimbulkan gelombang pasang yang tinggi kurang lebih 15 m dibibir pantai. Dan 5-6 m didaratan. Mentawai tenggelam dibuatnya. Informasi yang kurang cepat dan tanggap menjadi persoalan yang pokok untuk diperhatikan agar korban jiwa dapat ditekan.
Luluh lantak akibat bencana menimbulkan kesedihan yang mendalam. Dimanakah letak penyebabnya? Konsep bencana alam sekarang ini menjadi-jadi. Ini agar kita selalu ingat kepada yang kuasa
B. Masalah
Berdasarkan latar belakang dan pembatasan masalah tersebut, masalah-masalah yang dibahas dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Apakah penyebab terjadinya bencana merapi, wasior, mentawai ?
2. Bagaimana sikap kita dalam menghadapinya?
C. Tujuan
Makalah ini bertujuan untuk menelaah dan memperhatikan gejala atau pergeseran alam atau lempengan yang terjadi. Sehingga akan menjadi perhatian khusus kita semua untuk selalu waspada tehadap gejala-gejala alam yang akan terjadi yang dapat menimbulkan bencana. Maka dari itu dalam makalah ini akan dibahas tentang :
1. Deskripsi bencana
2. Dengan membaca deskripsi penyebab bencana sehingga kita dapat mengetahui yang sebernarnya penyebab bencana terjadi. Sehingga tidak salah kaprah.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Gunung Api, Banjir bandang, Tsunami
Namun, sebelumnya kita harus mengetahui apa itu Gunung Berapi. Gunung berapi adalah bukaan, atau rekahan, pada permukaan atau kerak Bumi, yang membenarkan gas, abu, dan batu cair yang panas bebas jauh di dalam bawah permukaan bumi. Aktivitas gunung berapi mengakibatkan extrusion of rock yang cenderung membentuk gunung atau ciri-ciri berbentuk gunung melalui tempo waktu yang lama.
Apa sebenarnya banjir bandang itu. Banjir bandang agak sedikit berbeda dengan bajir air biasa di Jakarta atau kota-kota Jawa Tengah akibat meluapnya Sungai Bengawan Solo. Banjir bandang terjadi secara mendadak disertai aliran deras campuran batu, kayu serta batu kerikil dan lumpur.
Kata tsunami berasal dari bahasa jepang, tsu berarti pelabuhan, dan nami berarti gelombang. Tsunami sering terjadi Jepang. Sejarah Jepang mencatat setidaknya 195 tsunami telah terjadi. Pada beberapa kesempatan, tsunami disamakan dengan gelombang pasang. Dalam tahun-tahun terakhir, persepsi ini telah dinyatakan tidak sesuai lagi, terutama dalam komunitas peneliti, karena gelombang pasang tidak ada hubungannya dengan tsunami. Persepsi ini dahulu populer karena penampakan tsunami yang menyerupai gelombang pasang yang tinggi. Tsunami dan gelombang pasang sama-sama menghasilkan gelombang air yang bergerak ke daratan, namun dalam kejadian tsunami, gerakan gelombang jauh lebih besar dan lebih lama, sehingga memberika kesan seperti gelombang pasang yang sangat tinggi. Meskipun pengartian yang menyamakan dengan "pasang-surut" meliputi "kemiripan" atau "memiliki kesamaan karakter" dengan gelombang pasang, pengertian ini tidak lagi tepat. Tsunami tidak hanya terbatas pada pelabuhan. Karenanya para geologis dan oseanografis sangat tidak merekomendasikan untuk menggunakan istilah ini.
B. Bencana Alam Yang Terjadi
a. Gunung Berapi
Berdasarkan data BNPB, jumlah korban meninggal akibat letusan Merapi sejak 26 Oktober sampai sekarang 151 orang, terdiri 135 orang di wilayah DIY dan 16 orang di Jawa Tengah. Sedangkan jumlah pengungsi seluruhnya 320.090 jiwa. Letusan merusak 291 rumah dan satu tanggul jebol di Desa Ngepos akibat luapan lahar dingin. [mdr]
Armi mengakui bahwa kejadian alam, terutama letusan gunung berapi, sulit dideteksi karena manusia tidak tahu jumlah atau volume magma di perut bumi. Para ahli seismologi hanya berpatokan alat pengukur getaran gempa sehingga tidak bisa melakukan prediksi.
Meskipun begitu, masyarakat bisa mengetahui tingkat letusan berdasarkan pengamatan. Jika semburan awan debu cukup tinggi berarti ada dorongan besar untuk mengeluarkan materi bumi. Di sisi lain, jika awan tidak terlalu tinggi, letusan lebih rendah karena energi keluar secara perlahan.
b. Wasior
Banjir bandang wasior memang bagaikan sunami yang menyapu bersih wilayah kota Wasior di Papua Barat. Pasca banjir bandang melanda Kota Wasior, Kabupaten Teluk Wondama, Papua Barat, Senin (4/10). Sekitar 103 jiwa masih dicari oleh Tim Penanggulangan Bencana Banjir Bandang Wasior.
Sejumlah sarana dan prasarana pemerintahan serta rumah rakyat hancur diterpa air banjir bandang wasior. Data terakhir yang dihimpun pemerintah melalui Badan Nasional Penanggulangan Bencana menyebutkan bahwa korban tewas mencapai 145 orang dan luka 185 orang. Korban luka dirawat di RSUD Manokwari, RS Angkatan Laut Manokwari dan RSUD Nabire. Sementara itu, berdasarkan hasil kunjungan Menko Kesra dan Mensos pada Sabtu (9/10) diketahui bahwa kondisi Wasior pascabanjir sangat memprihatinkan dan dipenuhi bebatuan, kayu dan lumpur. Menurut dia, Wasior pada saat ini sangat membutuhkan alat berat untuk menyingkirkan endapan lumpur dan mencari korban hilang.
c. Mentawai
Peristiwa gempa bumi yang terjadi di Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat, ternyata menimbulkan gelombang tsunami. Namun, gelombang tsunami itu terbilang kecil. Berdasarkan pengakuan seorang warga Desa Malakopa, Pagai Selatan, Kepulauan Mentawai, Marsono (30), gelombang tsunami terjadi sekira pukul 23.00 WIB tak lama setelah kawasan tersebut diguncang gempa 7,2 skala richter. “Air laut naik ke darat hingga mencapai satu kilometer. Puluhan rumah di sini rusak,” ujar Marsono kepada okezone, Selasa (26/10/2010).
Kendati demikian, pihaknya belum menerima kabar tentang korban jiwa. Sebab, saat gempa bumi terjadi, ratusan warga langsung menyelamatkan diri ke lokasi yang lebih aman. Mengingat, kawasan tersebut pernah hancur karena gempa dan tsunami.
Pengakuan serupa juga diutarakan Anggota DPRD Mentawai Ian Winen Sipayung. Menurutnya, ratusan rumah di Desa Silabum Pagai Utara, Mentawai juga rusak diterjang air laut usai gempa. Saat ini, pihaknya masih mencari tahu dampak dari peristiwa ini.
“Data yang baru diterima puluhan rumah warga dan sebuah puskesmas sudah hancur. Kami kesulitan mencari info karena lokasi kejadian sulit dijangkau,” pungkasnya.
PADANG - Setelah melakukan finalisasi data korban tewas akibat gempa dan tsunami Mentawai, akhirnya Pemerintah Kabupaten Kepulauan Mentawai Sumatera Barat menetapkan korban yang meninggal akibat bencana alam pada 25 Oktober tersebut sebanyak 456 orang.
“Data final yang telah diverifikasi Badan Penanggulangan Bencana Daerah itu sebanyak 456 jiwa meninggal, itu telah diserahkan kepada Wakil Gubernur pada 18 November lalu,” katanya, Minggu (21/11/2010). Data yang telah divalidasikan itu adalah di Kecamatan Pagai Selatan korban tewas sebanyak 156 orang di Desa Malakkopa terdiri dari Dusun Purourougat 53 orang, Dusun Erukparaboat (32), Dusun Beleraksok (30). Sedangkan di Desa Bulasat terdiri dari Dusun Bulasat 1 orang dan Dusun Maonai (40).
Di Kecamatan Pagai Utara, jumlah yang meninggal sebanyak 268 orang yang terbagi dalam dua desa, yakni Desa Betumonga yang mencakup Dusun Muntei 137 orang, Dusun Baru-Baru (3), Dusun Sabeuguggung (121). Sedangkan di Desa Silabu meliputi Dusun Tumalei (1), Dusun Gogoa’ (5), dan Dusun Maguiruk (1).
Di Kecamatan Sikakap ada sembilan orang yang terbagi dalam satu desa yakni Desa Taikako. Sementara di Kecamatan Sipora Selatan korban jiwa akibat gempa dan tsunami sebanyak 23 orang. Jumlah itu masuk dalam dua desa yaitu Beriulou dan Bosua.
C. Penyebab Terjadinya Bencana
a. Gunung Berapi
TEMPO Interaktif, Bandung - Tumbukan lempeng Indo Australia dengan lempeng Eurasia diduga kuat menjadi penyebab aktifnya gunung-gunung api di Indonesia akhir-akhir ini, termasuk Merapi. Pasalnya, gunung api itu berada di zona subduksi atau tumbukan yang sama.
Pakar gempa bumi dari Institut Teknologi Bandung Sri Widiantoro mengatakan gunung api seperti Anak Krakatau, Papandayan, dan Merapi, berada di satu zona subduksi lempeng Indo Australia dengan lempeng Eurasia. Walau berada di jalur yang sama, ia sepakat dengan kalangan ahli geologi yang menyatakan tidak ada hubungan peningkatan aktivitas antar gunung.
“Dapur magma setiap gunung itu lokal saja sifatnya, tapi semua magma berada di zona tumbukan yang sama,” katanya, hari ini. Pergerakan lempeng di zona subduksi yang sedang meningkat itulah yang membangunkan gunung-gunung api yang kurang aktif.
Dalam kurun 50 tahun terakhir, guru besar bidang seismologi itu menjelaskan aktivitas lempeng saat ini tergolong luar biasa. Alasannya, subduksi mampu menimbulkan gempa besar dan tsunami di Aceh, tsunami Mentawai, dan letusan Merapi yang hebat.
Besarnya pergerakan lempeng kali ini, kata dia, harus diukur oleh ahli geodesi atau juga memakai Global Positioning System (GPS). Sejauh ini, di sebelah barat Pulau Sumatera dan selatan Pulau Jawa, misalnya, lempeng Indo Australia bergerak mendesak lapisan Eurasia rata-rata 7 sentimeter per tahun. Namun di wilayah Indonesia timur, pergerakannya lebih cepat, yaitu 10 sentimeter per tahun.
Walau pergerakan lempeng bisa berdampak pada aktivitas gunung api dan mengakibatkan gempa bumi, namun dia membantah anggapan sebagian orang yang mengira aktivitas gunung api akan menimbulkan atau menjadi pertanda kemunculan gempa besar. Gempa vulkanik gunung api, menurut dia, terlalu kecil untuk membangkitkan gempa tektonik. “Apakah sebelum gempa besar ada gunung yang meletus? Malah setelah gempa Aceh, gunung-gunung api lainnya jadi aktif kan,” katanya.
Sri Widiantoro memperkirakan gempa disertai tsunami di Mentawai 25 Oktober lalu, besar kemungkinan memicu peningkatan aktivitas Gunung Anak Krakatau akhir-akhir ini karena jaraknya cukup dekat. Tapi kecil kemungkinan ikut mendorong Merapi meletus lantaran jaraknya yang jauh.
Adapun peneliti hujan asam di Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) Bandung, Tuti Budiawati, mengatakan, dalam kurun 3 tahun terakhir, terlihat ada pola puncak peningkatan aktivitas gunung-gunung api di Indonesia. Hal itu terlihat dari semburan gas belarang atau sulfur dioksida (SO2) yang tinggi ke udara. “Puncaknya selalu pada musim hujan, antara Oktober hingga Januari,” kata Tuti di kantornya.
Keadaan Gunung Merapi, dinilai Armi, bisa digolongkan aman jika letusan dan aktivitas Merapi telah benar-benar turun. Jangka waktu yang diberikan dari penghentian aktivitas pun setidaknya dua bulan.
b. Bencana Wasior
Banjir bandang merupakan suatu proses aliran air yang deras dan pekat karena disertai dengan muatan masif bongkah-bongkah batuan dan tanah (sering pula disertai dengan batang-batang kayu) yang berasal dari arah hulu sungai. Selain berbeda dari segi muatan yang terangkut di dalam aliran air tersebut, banjir bandang ini juga berbeda dibandingkan banjir biasa. Sebab, dalam proses banjir ini, terjadi kenaikan debit air secara tiba-tiba dan cepat meskipun tidak diawali dengan turunnya hujan.
Pemukiman di lereng bukit harus selalu memperhatikan kondisi bukit diatasnya.
Banjir ini terjadi umumnya dengan diawali oleh proses pembendungan alamiah di daerah hulu sungai yang berada pada lereng-lereng perbukitan tinggi. Pembendungan alamiah ini sering terjadi sebagai akibat terakumulasinya endapan-endapan tanah dan batuan yang longsor dari bagian atas lereng. Proses pembendungan alamiah ini dapat terjadi secara lebih cepat apabila disertai dengan penumpukan batang-batang kayu yang terseret saat longsor terjadi.
Kondisi cuaca ekstrim memungkinkan sebagai pemicu longsoran dan banjir bandang.
Coba perhatikan muka air tanah (warna biru) yang terpotong oleh garis-garis terputus. Disitu berarti air tanahnya terkuak dan air tanah itu keluar seperti mata air yang akhirnya menjadi sumber air ketika longsoran itu berubah menjadi banjir air lumpur pada akhirnya.
Tentusaja lebih mudah dimengerti apabila kita melihat cara tiga dimensi. Seperti morfologi dari sekitar Wasior.
Peta Wasior, Terlihat bukit di atas Wasior membentuk sebuah lembah panjang yang memungkinkan terbentuknya bendungan alami.
Kita lihat pada peta diatas bahwa Wasior terletak dibagian bawah dari sebuah bukit memanjang yg dikenal dengan nama Semenanjung Wandamen (Semenanjung Wasior) … trimakasih koreksinya Mas Ismail Widodo
Lihat disebelah Selatan Wasior terdapat bentuk kipas aluvial yang rona cerah. Ini menunjukkan bahwa daerah ini memang sangat rentan dan sangat rawan terjadinya banjir bandang.
c. Bencana Mentawai
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika melaporkan, gempa berkekuatan 7,2 skala Richter (SR) kemudian disusul gempa dengan kekuatan 6,1 SR dan 6,2 SR pada lima dan delapan jam dari gempa pertama di wilayah yang sama. Pusat kedalaman gempa sekitar 20,6 kilometer di bawah laut. Gempa ini membuat Pusat Pengawasan Tsunami Pasifik yang berbasis di Amerika Serikat mengeluarkan peringatan tsunami dan memberikan tata cara penyelamatan meski beberapa saat kemudian dibatalkan. Indonesia dikenal berada dalam lingkaran yang disebut Ring of Fire yang merupakan pertemuan dari patahan kontinental serta mengakibatkan aktivitas vulkanik dan seismik.
BAB III PENUTUP
A. Simpulan
Memperhatikan bencana yang terjadi secara bertubi-tubi yang dialami bangsa Indonesia. Maka dilihat secara umum disebabkan oleh ulah manusia dan dikarenakan kondidi bangsa Indonesia yang rawan akan bencana alam terutama gunung berapi dan gempa bumi yang dapat menimbulkan tsunami. Indonesia dikenal berada dalam lingkaran yang disebut Ring of Fire yang merupakan pertemuan dari patahan kontinental serta mengakibatkan aktivitas vulkanik dan seismik. Jadi bencana alam akan terjadi jika terjadi pergeseran lempeng dunia.
B. Saran
Karena bangsa Indesia berada pada posisi Ring of Fire yang merupakan pertemuan dari patahan kontinental serta mengakibatkan aktivitas vulkanik dan seismik. Akan menimbulkan dampak sering terjadinya bencana alam maka dari itu sudah sepantasnya warga Indonesia harus selalu dalam posisi waspada.
0 komentar:
Posting Komentar